Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2008

Kecopetan

Tanggal 18 April kemarin, saya pulang kampung ke Kediri dan Banyuwangi. Ke Kediri untuk menghadiri pernikahan teman sekantor sekaligus mengunjungi mertua, ke Banyuwangi untuk menghadiri pernikahan adik saya. Saya berangkat bersama anak pertama dan kedua, sedangkan adik-adik saya yang lain menyusul kemudian bersama anak ketiga saya. Suami tidak bisa ikut karena kesibukan kantor yang tidak dapat ditinggalkan. Mengingat dalam perjalanan ini saya membawa anak-anak, maka saya memutuskan untuk menggunakan angkutan kereta api, bukan pesawat karena disamping biayanya lebih murah juga pemberhentiannya langsung di Kediri sehingga tidak perlu transit lagi. Jika menggunakan pesawat maka harus transit dulu di Surabaya untuk kemudian naik bis atau travel selama 3-4 jam lagi menuju Kediri. Namun ternyata, keamanan di kereta menjadi lebih tidak terjamin. Sudah banyak kasus tentang kehilangan barang di kereta. Bahkan terakhir kali saya naik kereta api bulan Agustus 2007, orang yang duduk di sebe

Artikel Pertama di KOKI

Kokihahahihi Koki edisi 8 Februari 2008 Ada satu cerita lucu saat saya masih di SMA dulu. Tentu kokiers masih ingat tentang pelajaran PMP, pelajaran yang luar biasa membosankan. Saat saya masih kelas satu Pak guru yang mengajar PMP mempunyai kebiasaan untuk menggunakan kalimat “Sudah barang tentu…”. Setiap beberapa kalimat penjelasan, beliau selalu mengulang kata-kata itu, dan kami para murid mencatat berapa kali dalam dua jam pelajaran itu beliau mengucapkan “sudah barang tentu”. Lumayan buat menghilangkan kantuk. Rupanya lama-lama beliau menyadari bahwa ciri khasnya tersebut sudah menjadi olok-olok, sehingga pada saat saya kelas 2 beliau sudah tidak menggunakan lagi kata-kata “sudah barang tentu tersebut”. Tapiiiii, sekarang yang beliau lakukan untuk menarik perhatian kami adalah penegasan bahwa kami mendengarkan apa yang beliau katakan, misalkan “Jadi ideology kita adalah Pancasila, pahaaam?” kalo kita tidak menjawab maka beliau tetap mendesak untuk bertanya lagi “Pah

TPA Artha Wildan

Gambar
Waktu itu bayiku baru berumur 3 bulan (anak pertama) dan sedang bingung cari orang buat ngasuh dia. Ya, setelah cuti bersalin 2 bulan, saya harus mulai kembali lagi ngantor. Dengan terpaksa menelepon ibuku untuk bisa datang menemani anakku di rumah. Pada saat itulah TPA Artha Wildan dibuka, taman penitipan anak untuk ibu bekerja yang ingin merawat sendiri anaknya. Konsep awal TPA Artha Wildhan adalah memfasilitasi ibu bekerja yang ingin memberi full ASI untuk anaknya. Untuk dapat menyediakan TPA bagi pegawai di tempat kami, perjuangan telah dilakukan jauh sebelumnya. Bahkan semenjak saya masih single, kuisioner dan petisi telah diedarkan agar para petinggi di tempat kami menyadari pentingnya penyediaan TPA buat kami para pegawai perempuan. Walaupun saat itu saya masih single, saya pun turut serta berpartisipasi karena secara pribadi saya sangat mengerti pentingnya ASI untuk bayi, selama enam bulan pertama bahkan akan lebih baik jika ASI bisa diberikan sampai anak umur 2 tahun.

Kutu Rambut

Rasa-rasanya semua orang sudah familier dengan jenis kutu yang satu ini. Kutu rambut, dalam artikel di kompas.com disebutkan bahwa kutu rambut ini telah ada sejak manusia modern bermigrasi. Dari rambut mumi berusia 1000 tahun yang ditemukan di Peru, para peneliti menemukan 900 ekor kutu rambut dari dua kepala mumi yang ditemukan tersebut. Jumlah yang luar biasa bukan? Di duga rambut mumi yang dikepang tersebut merupakan surga bagi kutu karena jarangnya rambut disisir. Kutu rambut sendiri bentuknya sangat kecil berwarna coklat terang. Kutu-kutu tersebut akan bertelur berwarna abu-abu yang menempel di helai rambut sekitar 1-2 cm dari akar rambut. Jika telur kutu ada jauh dari akar rambut berarti sudah menetas atau telur mati. Kutu mulai meletakkan telur-telurnya setelah mereka berusia 2 minggu, seekor kutu dapat bertelur sebanyak 6-8 telur. Telur-telur tersebut dapat menetas setelah 1 minggu. Sehingga dalam waktu yang singkat saja seseorang telah memiliki ratusan kutu di kepalanya ji

City Tour of Manila

Gambar
Beberapa bulan lalu saya berkesempatan mengunjungi Manila , untuk mengikuti training dari suatu lembaga internasional di sana . Selama 3 minggu penuh saya di sana namun tidak banyak tempat yang saya kunjungi kecuali sekitar tempat training dan Greenhills, pusat mutiara dari Mindanao . Namun, pada hari Sabtu di minggu pertama training, kami di ajak untuk City Tour, keliling di obyek-obyek wisata seputar Manila termasuk mengunjungi Mall of Asia yang mereka klaim sebagai salah satu mall terbesar di dunia. Tujuan pertama tour ini adalah menuju walled city of Intramuros , disini kami mengunjungi Fort Santiago , Casa Manila Museum dan San Agustin Church and Museum.  Pada awal keberangkatan kami telah diberikan tour itinerary yang memuat jam berapa dan kemana saja kami akan pergi. Satu hal yang saya kagumi adalah k etepatan jadwal yang tertera dengan kunjungan aslinya. Benar-benar tepat waktu, bahkan walaupun macet, namun jadwal yang tertulis tetap ditepati. Misalkan pukul 10.00 di

16 Februari 2002

Oktober 2001 itulah pertama kali saya berkenalan dengan suami saya. Saat itu saya masih bersedih karena tunangan saya memutuskan hubungan karena salah satu anggota keluarganya tidak menyetujui hubungan kami. Sedih terutama karena saya tidak tega melihat orang tua yang sudah sangat mengharapkan saya untuk segera menikah, ternyata malah batal begitu saja. Saya masih bisa menahan sakit di dada karena hubungan yang gagal, tapi mengecewakan orang tua sungguh-sungguh membuat saya sedih. Mungkin orang tua cemas karena saya sudah 26 tahun tapi belum nikah juga. Maklum mereka orang daerah yang merasa bahwa seorang perempuan pada umur segitu sudah sepatutnya berumah tangga dan mempunyai anak. Ketika teman-teman sekantor mengetahui bahwa saya sudah putus dengan tunangan saya itu, mereka langsung berusaha mencarikan jodoh buat saya. Ada yang mengenalkan saya dengan teman sekantor suaminya, juga dengan pegawai yang baru pulang dari S-2 luar negeri dan ingin segera mencari istri. Dua-duany