Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2009

Robinson Crusoe

Aku sedang ngecek daftar buku baru di inibuku.com yang mereview tentang buku baru Stephanie Meyer, The Host, ketika aku melihat ada link menuju budget book alias buku diskonan. Wedew...aku kan paling ga tahan kalau lihat ada diskonan, terutama diskonan buku. FYI, mulai tanggal 25 - 31 Mei ini, Gramedia Grand Indonesia kembali memberikan diskon 30% all item (kecuali elektronik) dalam rangka pembukaan Grand Indonesia... Silahkan..silahkan...bagi penggemar diskonan..eh maaf..penggemar buku, silahkan memuaskan belanja buku disana...(gosh...aku ngiler banget ama buku Arok Dedes dari Pramoedya....ada yang mau beramal buatku?). Balik lagi ke link budget book di inibuku tadi. Ada beberapa judul yang merangsangku untuk memesan buku. Pertama karena diskonnya lebih dari 50%, kedua karena pengarangnya sepertinya bagus (such as Seno Gumira Ajidarma), ketiga karena ada satu judul cerita klasik yang membuatku tertarik untuk membaca,...Robinson Crusoe.. Aku tau judul ini dulu sekali ketika SD.

Surat Cinta Anak Gadisku

Kemaren sore, ketika menunggu suamiku jemput sepulang kantor, aku ajak anak-anakku untuk menunggu di kantorku saja. Mereka setuju asal boleh bermain komputer. maka ketika sampai di ruanganku, Detya langsung ingin menulis di komputer sedangkan Javas, bermain kertas seperti biasanya. Ga berapa lama, Detya minta ditemani menulis dan di layar komputer sudah ada tulisan seperti ini: FA, aku suka sekali sama kamu soalnya kamu itu putih dan dia minta ditemani untuk terus mengetik sehingga menjadi seperti ini : FA, aku suka sekali sama kamu soalnya kamu itu putih tapi ko kamu suka sama A. Padahal aku orangnya baik lo, tapi cuma N aja yang bilang aku ga baik. Selama membantu Detya menulis, berbagai pikiran berkecamuk di otakku.... pikiran pertama.....OMG, anak gadisku udah mulai suka-sukaan...bagaimana ini? pikiran kedua.....wedew...kok udah menilai masalah kulit gini ya?..pantesan tadi sempat nanya-nanya apakah kalau sudah dewasa nanti kulit kita bisa berubah jadi putih...(hiks...efek iklan

Problem Rambutku

Aku punya rambut yang aneh, helaiannya tipis dan halus, warnanya ga hitam, dan bergelombang ga jelas (ga mau kalau dibilang keriting). Dari jaman kecil dulu, pengeeeeen banget punya rambut yang panjang sepunggung, tapi ga pernah kesampean. Tentu saja karena bentuk rambutnya ga layak untuk dipanjangin. Semenjak 2005 aku mulai manjangin rambutku, dengan perawatan ini itu, sampai akhirnya mencapai pundak lewat dikit. Pernah juga bonding, maksudnya biar gelombang ga jelas itu cukup mengarah ke satu arah. Hasil bonding membuat rambutku lebih aneh lagi. Ya iyalah...wong rambut tipis gini kok dibonding. Jadinya ya lepek. Ketika rambut baru numbuh, bayangin keanehannya. Dibawah lurus lepek, di arah akar rambut mulai bergelombang ga jelas lagi. Maka suamiku berinisiatif memotong rambutku dengan tujuan di shaggy (bener gini kan nulisnya?), jadi yang lurus lepek itu bisa menyatu dengan gelombang liar di atasnya. Aku pun dengan polosnya (bodohnya) nurut aja. FYI, suamiku selalu potong ra

Ibuku

Gambar
Aku sedang mikir-mikir kenapa aku 3x lebih sayang ke Bapakku walaupun seharusnya bakti ke Ibu itu lebih utama 3x dibanding bakti ke bapak. Tapi walau demikian, kupikir aku sudah cukup berbakti kepada Ibuku...(pembelaan diri niy...kan berbakti ga ada hubungannya dengan lebih sayang pada siapa....) Dari beberapa list yang mampir di otakku, pada prinsipnya semua berpangkal pada cara masing-masing Bapak dan Ibu dalam memperlakukan aku. Bapak selalu memanusiakan aku. Maksudnya gini, dari semua tahapan umurku, Bapak tau kapan memperlakukan aku sebagai person, kapan sebagai anak, kapan sebagai teman diskusi, kapan memberi masukan, kapan meminta masukan. Yaaaah...hal-hal seperti itulah....jadi aku bisa merasa sebagai manusia utuh di depan Bapakku, bukan hanya sebagai anak. Beda dengan Ibuku, beliau dari dulu selalu menganggap aku sebagai anak saja. Jadi tidak pernah ada pertanyaan, yang ada hanya perintah. Tidak ada diskusi, yang ada cuma curhat searah. Jika aku curhat sedikit saja mak

Addicted to Coffee

Aku ga inget sejak kapan aku suka ngopi, karena dari kecil sampai kuliah aku ga pernah tiap hari minum kopi...hanya kadang-kadang saja. Kenyataannya sekarang, aku ga bisa melepaskan diri dari kopi ini. OK, kopi yang kuminum tidak sekelas, kopi asli yang kental dan item itu. Aku cukup minum kopi instan sebangsa nescafe atau torabika capucino, atau kapal api duo plus susu. Hayah..pokoke cuma kopi sasetan itu deh.. Tapi ternyata, biarpun cuma kopi sekelas itu, jika sehari aja ketelatan ga ngopi ternyata bisa bikin kepalaku pusing dan jadi migren...belum lagi kantuk yang menyerang dan terutama...rasa malas memulai kerjaan di pagi hari. Kupikir ini hanya masalah sugesti saja, kalau sedang males...ya males aja. Ga pake alasan karena belum ngopi. Beberapa bulan lalu, tepatnya Oktober 2008, aku dapat coffeemaker gratis gara-gara ngumpulin poin dari tinta printer HP. Akibatnya tiap hari bikin kopi dari bubuk kopi asli. Dan karena bikinnya seteko, maka komitmen untuk minum kopi maksimum s

Menu Sarapan Anak-Anakku

Tiap pagi adalah saat yang ribet banget buatku...sebenarnya dengan adanya adikku, ga ribet-ribet amat siy.. Aku hanya perlu konsentrasi nyiapin sarapan dan bekal mereka. Lalu setelah aku selesai bersiap-siap sendiri, maka yang kulakukan selanjutnya adalah nemenin (bantuin) anak-anak pakai baju. Dulu ketika anak ketiga dan adikku juga ikutan ke kantor..maka suasana ribet lebih terasa lagi. Dan rasanya, aku juga harus mulai bersiap-siap ngatur waktuku, jika nanti (abis lebaran) adikku pulang kampung, dan semua hal aku yang harus nyiapin...(hiks....betapa ribetnya nanti ya...). Maka untuk menyiasati keribetan itu, aku mengakalinya dengan nyiapin pernak-pernik buat sarapan di malam hari (kalo ga males...). Dan ada menu andalan buat sarapan di mobil, yang mengandalkan bumbu instan cap bamboe untuk sop buntut, saus tirem, saus tomat, kecap inggris dan kecap ikan. Cukup itu...tentu saja bawang putih digeprek dan daun bawang itu tetep wajib. Sumber proteinnya bisa macem-macem, telur dio

JeKaWin, NoNo atau Mega Pro..?

Siang ini di tempatku diskusi masalah 3 pasangan capres dan cawapres yang ada. Dan diskusi ga jelas itu berakhir dengan singkatan untuk masing-masing pasangan. Jekawin ...tau kan...? JK dan Wiranto Nono ....Yudoyono dan Budiono Mega Pro ....merek sepeda motor...qiqiqiqi..maap...Mega dan Prabowo... singkatan yang njelehi...dasar temen-temen udah pada bete semua... BTW, dari mulai denger kabar SBY bakal nggandeng Budiono..suamiku ngomel-ngomel ga jelas masalah SBY yang sakkarepe dewe dalam milih wakil, ga ada komunikasi minta pendapat pada partai-partai yang berkoalisi dengan Demokrat.. Kalo aku sendiri?...tsaaaahhhh.. aku sudah cinta buta ama PKS ...ga pake mikir lagi...pokokna PKS bilang milih siapa...maka aku akan nyontreng pasangan itu...(mesti jika itu kemungkinanna...Mega Pro...yaiks...meski menjijikkan akan aku jalani...biar PKS yang nanggung dosana..) Tapi aku inget suatu pagi di acara radio Ramako (kalo ga salah ya) tahun 2004 pas lagi gencar-gencarna kampanye pilpres waktu itu,

Scarlett O'Hara

Pernah nonton Gone With The Wind ga? Atau malah baca bukunya sekalian? Dulu, jaman kuliah aku pernah baca (numpang baca gratis di gramedia..) buku itu. Waktu itu masih terdiri dari 4 jilid. Kalau sekarang sih, udah dalam bentuk edisi kolektor yang setebel bantal dan pake hard cover (jadi ga bisa baca gratis lagi deh...). Jaman dulu juga, pernah juga diputar film Scarlett yang merupakan lanjutan dari Gone With The Wind. Aku terkesan banget dengan film lanjutannya ini karena beda dengan di buku pertama, Scarlett di film baru ini digambarkan lebih matang dan ga egois lagi sehingga pas jaman kuliah juga, aku pontang-panting nyari novel Scarlett ini dan nemu di rental buku (di gramed ga ada sehingga ga bisa baca gratis deh...). Di rental buku itu, kalau pinjem mesti naruh deposit dulu yang jumlahnya gede banget untuk ukuran mahasiswa yang biasa baca gratis, sehingga aku cukup sewa untuk baca ditempat. Bayangkan baca ditempat sewa buku itu yang panas dengan bangku seadanya (beda banget

Lembaga Pemeringkat

Sudah lama aku agak-agak bingung dengan peringkat yang diberikan oleh Rating Agency seperti Moody, OECD atau Standar & Poor.. Mungkin karena cara berpikirku yang sempit atau emang aslina ga ngerti, aku selalu heran kenapa S&P ngasih peringkat Indonesia itu BB-, atau OECD ngasih peringkat 4 (atau 5 ya...kok aku lupa). Padahal kan Pemerintah ga pernah ngemplang utang..bahkan jaman orde baru dulu Indonesia dibilang Golden Boy...ya itu tadi karena ga pernah telat bayar utangnya. Kemudian aku baru tau bahwa bukan hanya utang pemerintah saja yang dijadikan bahan penilaian tapi termasuk utang swasta. Selain itu kondisi sosial ekonomi juga diperhitungkan. Nah..petinggi-petinggi di instansiku gencar banget roadshow di berbagai negara untuk menunjukkan bahwa ekonomi kita ini stabil dan bond kita juga bagus pasarnya sehingga layak untuk dapat dinaikkan peringkatnya. Tapi ternyata utang Garuda yang default itu bikin noda hitam rating kita sehingga, sepanjang Garuda ga bisa nyelesein d

Turbulance

Wedew...hari ini aku maruk banget nulis di blog...sehari bisa produce 3 tulisan, setelah seminggu ga sempet menulis. Siang kemaren aku balik dari Bali naek Garuda jam 14.30 WITA. Kupikir pesawatku berangkat pagi, jadi bisa jemput anak-anak dan nyempetin pijit bila sampe rumah. Ternyata, jika berangkat jam segitu maka nyampe cengkareng sekitar jam 15.30, ga bakal sempet pijit deh.... tapi seenggaknya bisa ketemu anak-anak....kangeeeeen banget sama mereka. Tapi ternyata rencana tinggalah rencana karena sekitar setengah jam di dalam pesawat, terjadi turbulence yang bikin pesawat harus mendarat darurat di Surabaya. Swear deh..kejadiannya berlangsung cepat dan ribet sehingga aku ga sempat merasakan apa-apa. Tapi ketika sudah mendarat di Surabaya, para penumpang saling bandingin cerita. Dari dari cerita orang-orang itu, aku baru nyadar bahwa yang kami alami tadi sudah cukup gazwat... Sebenarnya, ketika kuingat-ingat runtutan kejadiannya, aku begitu konsentrasi dengan bacaanku sehingga

Naik Travel

Pernah naik travel? Itu lo...angkutan antar kota yang anter jemput sampe tujuan..? Aku baru naik dua kali. Pertama, waktu pulang kampung lebaran kemaren, dari Banyuwangi menuju Surabaya. Aku dijemput paling akhir, sehingga setelah menjemputku, langsung meluncur menuju Surabaya. Tapi di tengah jalan, mobilnya rusak sehingga aku ditumpangkan ke kendaraan yang lain. Dan karena ditumpangkan, maka harus pasrah dengan kondisi tempat duduk yang terjepit, sama sekali ga bisa gerak dari ujung Banyuwangi, sampai Probolinggo..(yaaa....hampir empat jaman lah...). Setelah itu, baru bisa duduk lega sampai Surabaya dan jadi orang pertama yang dianter (karena tujuanku di Wage sidoarjo yang meruapakn pinggiran perbatasan Surabaya). Kedua kalinya adalah hari senin malam kemaren, ketika aku memutuskan untuk menengok Bapakku di Banyuwangi. Aku tinggal di Grand Bali Hotel, Nusa Dua, sehingga akulah penumpang pertama yang dijemput (kata sopirnya, Nusa Dua itu ujungnya Bali...). Ternyata oh ternyata.

Bapakku

Aku tau bener bahwa bakti kepada Ibu itu 3 kali lebih utama daripada bakti kepada Bapak. Tapi aku tidak bisa memungkiri bahwa sayangku kepada Bapakku 3 kali lebih kuat daripada sayangku kepada Ibu. Aku pernah cerita tentang enaknya jadi Daddy's Little Girl sehingga dalam anganku Detya pun akan mendapatkan hal yang sama walaupun sampai sekarang hal itu ga pernah terjadi. Aku merasa, walau Bapakku jelas bukan orang yang sempurna, tapi beliau adalah panutanku dalam bertindak. Aku ga pernah meragukan Bapakku dan aku selalu mempercayai apa yang beliau katakan. Intinya...Bapak adalah segalanya buatku. Minggu lalu saat hectic menyiapkan ST ADB itu, Selasa pagi Ibuku SMS mengabarkan bahwa Bapak harus dirawat di rumah sakit karena mengalami kecelakaan sepeda motor. Bisa dibayangkan bagaimana perasaanku saat itu. Bapak di rumah sakit karena tabrakan?..rasanya tiba-tiba aku merasa ga bisa bernapas...(alias sesak napasku tiba-tiba muncul..). tapi aku tau, jika aku bereaksi histeris, Ibu