Postingan

Menampilkan postingan dari 2010

Laporan Akhir Semester Javas

Setelah merasa sedikit kecewa ga jelas yang ga patut dipelihara pas menerima laporan Detya, maka mengantrilah kami di kelas Javas. Sebenarnya kami sudah siap dengan apapun hasil yang Javas peroleh. Toh dari awal ketika Javas harus memulai SD-nya, kami menyadari keadaan sosial emosi Javas yang masih nyaman dengan pola bermain di RA. Lalu kami mulai diskusi dengan wali kelasnya, yang ternyata hasilnya...tidak bisa tidak...tetap memunculkan kekecewaan di hati. Dengan lebih dari separo nilai mata pelajaran di bawah KKM, kekecewaan bukan muncul dari nilainya. Tapi tentang bagaimana kondisi si Anak ketika ujian itu berlangsung. Sebelumnya sudah diskusi ringan dengan Mba Devi mengenai banyaknya jumlah murid yang ikut remedial di kelas Javas. Beda dengan murid-murid di kelas Rafif (anak Mba Devi) dengan peserta remedial hanya dibawah itungan 10. Dugaan kami bahwa di kelas Javas, ujian harus dibaca sendiri. Walaupun aku tidak memastikan saat itu apakah dalam semua pelajaran kelas Rafif

Laporan Akhir Semester Detya

Hari Sabtu minggu lalu adalah saat pembagian laporan akhir semesteran Detya dan Javas. Datang kesiangan dan melewati waktu yang dijatahkan, namun akhirnya bisa juga diskusi dengan wali kelas. Tetap saja merasa tidak puas, karena ga tega membuat antrian di belakang nunggu terlalu lama. OK, buat Detya tentu saja ga jadi masalah kalau tidak bisa lama-lama. Detya ga pernah bermasalah baik dari segi perilaku maupun prestasi sekolah. Ya..hanya sedikit keluhan tentang gampangnya dia terpengaruh orang lain, tapi itu masih bisa diarahkan ke hal yang positif. Satu hal yang menganggu perasaanku sendiri. Aku berusaha menanamkan, terutama pada diriku sendiri, bahwa prestasi akademik itu adalah nomer sekian dibandingkan perilaku anak-anakku. Tapi ternyata tidak bisa tidak, aku cukup terpengaruh ketika melihat peringkat di raport Detya. Kelas satu dulu dia selalu jadi peringkat pertama dan di kelas dua ini, dua kelas satu dulu digabung jadi satu sehingga wajar jika dia ga dapat peringkat satu

Catatan Harian : Berhenti Menawar

Aku dan beberapa temanku sedang resah...tentang apa sebenarnya kontribusi nyata Government Spending untuk perekonomian nasional. Bangun jalan, jembatan, jalan tol, hal-hal semacam itu rasanya tidak lebih besar daripada sosialisasi, workshop, iklan,konsinyering... dan semua itu juga masih belum menyentuh level bawah masyarakat secara keseluruhan. Maka kami berpikir, apa sih kontribusi dari kami yang bisa langsung menyentuh masyarakat? Satu hal bulat yang kami sepakati, terutama sebagai sesama ibu rumah tangga : belanja di pasar tradisional atau tukang sayur yang lewat..TANPA MENAWAR. Kalau belanja di supermarket bisa kami lakukan tanpa menawar, lalu kenapa ketika ke pasar tradisional harus menawar? Menawar lima ratus-seribu, ga akan ada pengaruhnya terhadap jatah harian belanja kita..maka BERHENTILAH MENAWAR. Bahkan di pedagang kaki lima yang jual kaos kaki, jepit rambut, kerudung kaos dan lain-lain....mintalah harga pas saja dan ga usah ditawar lagi... Menawar 5ribu-10 ribu.. ga a

Catatan Harian : Stay Positive

Waaah..ternyata sungguh susah untuk harus selalu berpikir positif. Jika tidak ada masalah sih, berpikir positif itu sama mudahnya seperti bernafas normal . Tapi jika sedang ada gangguan maka berpikir positif sama susahnya seperti bernafas saat asmaku kambuh… dan asma itu baru hilang jika ventolin telah disemprotkan. Gangguan itu tentu saja dari luar, dan walau sudah dibentengin setebal mungkin, tetap saja angin buruk yang berhembus itu mempengaruhi pikiran untuk memulai berpikir negative. Ada dua kemungkinan akibat adanya hembusan pikiran negative, sedih atau marah dan bisa dua-duanya (wew..tiga kemungkinan ya?..hueheheh) Eniwei…semalem ada hembusan angin buruk yang membuatku susah untuk tetap berpikir positif…dan seharian ini aku menghadapi gangguan pikiran negative yang membuat perasaanku kacau balau. Aku butuh ventolin biar jalan nafasku normal…

Mencoba Adil

Sudah ga terbilang..teman-temanku mempertanyakan keputusan kami untuk meninggalkaan Wisam di Banyuwangi. Kok bisa sih? selalu itu yang ditanyakan. Sudahlah..jangan ditanyakan lagi bagaimana perasaan kami ini. Ini si bungsu yang kita bicarakan...anak paling kecil..masih lucu-lucunya..masih banyak exploring sehingga ga ada yang ga lucu dari semua yang Wisam lakukan. Berat bagi kami sampai akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Wisam untuk sementara di Banyuwangi. Kami sudah sering mengalami momen akhir tahun yang seperti ini, dengan suami yang selalu lembur bahkan menginap di kantor agar semua tanggung jawabnya terselesaikan. Dengan aku yang seringkali harus konsinyering bermalam-malam, maka bisa dipastikan akan berat bagiku untuk langsung pulang ke rumah. Tapi tahun lalu masih ada adikku sehingga aku bisa mengandalkan dia untuk mengurus Wisam di rumah. Walaupun aku sudah usul agar Wisam juga bisa masuk kelompok bermain di Istiqlal sehingga aku tidak meninggalkan Wisam di rumah sendi

Korban Diskon

Biasanya aku selalu memanfaatkan momen 'SALE' untuk mengupgrade baju anak-anakku. Jadi aku dapat baju dengan kualitas yang bagus namun dengan harganya separonya bahkan bisa lebih. Bukannya aku ini 'brand-minded', tapi karena barang-barang bermerk itu memang lebih awet dan lebih bagus. Lagipula brand disini juga hanya merek lokalan saja, sebangsa Cool, Popeye/Olive, Simpsons,..yaaa sejenis itu lah. Jadi momen-momen 'SALE' seperti itu menjadi sangat bermanfaat bagi kantongku dan aku bisa berkata dengan tegas bahwa aku tidak menjadi korban diskon...hanya berusaha MODIS...(MOdal DISkon...heheh). Aku hanya beli barang-barang diskonan itu sesuai dengan kebutuhan anak-anakku. Dulu, aku sendiri juga menggunakan cara yang sama untuk meng-upgrade baju dan peralatanku. Nunggu ada diskon dulu, baru bela-beli sesuai kebutuhan. Makanya aku ga pernah mengikuti trend yang ada. Model baju dan peralatanku semuanya yang klasik, jadi dipakai kapan pun tetap pantes. Namanya

Melankoli Kota Batu

Gambar
Selain 4 teman perempuan waktu kuliah yang kami sebut DEWIDANENI (dewi, Ida, Ade dan Eni), kami juga punya teman laki-laki yang kami sebut ALIWANDIPUL (Ali, Iwan, Andy dan Ipul atau Saiful). Hmmm..empat cewek dan 4 cowok...seakan-akan berpasangan ya... Padahal yang akhirnya berpasangan adalah aku dan Saiful saja, selainnya murni berteman. Nah salah satu teman mainku adalah Iwan. Iwan ini unik menurutku, dia tipe yang ga pernah absen bersenang-senang tapi selalu mendapat nilai terbaik di kelasku. Jadi aku sempat berpikir, kapan Iwan ini belajar kalau setiap acara bermain kami selalu saja dia tak pernah ketinggalan. Kalau teman yang pintar tapi ga gaul...banyak (apalagi di IPB)...Tapi yang seperti Iwan ini sangat jarang. Kalau yang seperti aku, pandai bersenang-senang dengan prestasi pas-pasan....nah ini juga cukup banyak :D Nah, Iwan ini baru balik dari New York setelah 10 tahun bekerja disana. Beberapa bulan sebelum dia pulang kampung for good, aku sering baca status-statusnya di

Jerawat Seksi

Seumur-umur aku tidak pernah bermasalah dengan jerawat. Jaman puber dulu, jerawat hanya muncul sekedarnya di jidat atau di pipi, tapi tidak pernah yang sampai meradang dan bermata kuning. Intinya, jenis mukaku yang kering ini menyelamatkanku dari bencana jerawat yang banyak dialami teman-temanku dulu. Nah, dari minggu lalu, tiba-tiba nampak bentol merah kecil di daguku yang terasa tidak nyaman ketika disentuh. Waah...kenapa tiba-tiba ada jerawat ya dimukaku. Eniwei, si bentol kecil ini rupanya meradang dan akhirnya...pagi ini aku punya jerawat meradang yang bermata kuning itu...huwaaa...rasanya nyeri tanpa disentuhpun. Dan suamiku hanya tertawa melihat jerawatku ini. Sepanjang perjalanan dari rumah ke kantor, berulang-ulang aku tanya suamiku (karena aku tidak berpengalaman masalah jerawat yang begini ini), apakah perlu kupencet jerawat ini agar rasa nyerinya menghilang. Tapi suamiku meminta aku untuk membiarkannya kering sendiri...sigh... Maka setibanya di kantor, aku merasa tidak

Menjemput Anak-Anak

Bagiku kegiatan menjemput Detya dan Javas sepulang sekolah selalu menjadi saat yang menarik. Berlomba dengan waktu, untuk menikmati sejenak lari dari rutinitas kantor. kenapa berlomba dengan waktu? Karena kadang-kadang, jika ada rapat jam 2, aku ga bisa bersantai sepenuhnya untuk menjemput dan berbincang dengan mereka. Hanya menjemput dan selalu menghitung mundur anak-anak agar mereka tidak lepas waktu. Maksudnya begini, Detya dan Javas sangat menikmati waktu sepulang sekolah mereka dan menunggu aku datang menjemput. Mereka bermain-main segala rupa dengan teman-temannya sehingga susah untuk diajak bergegas pulang. Kalau tidak ada agenda lain sih, aku tidak mempermasalahkan menunggu mereka menikmati permainannya barang 10-20 menit. Tetap ga bisa lama-lama. Atau aku yang sengaja datang 15-30 menit lebih lambat dari jam pulang untuk memberi mereka waktu bermain. Namun apabila ada agenda rapat, maka baru datang pun sudah meminta mereka bersiap dalam sepuluh hitungan. Ya, kadang-k

Missing Wisam

Gambar
Missing Wisam so much.....

Parents Day

Just Copy Paste From My FB's Note Pada dasarnya, pihak Komite Sekolah sudah merencanakan agenda apa saja yang akan Komite lakukan bersama sekolah. Namun waktu pelaksanaannya sepertinya belum teragenda dengan baik. Jadi ketika mid-test telah dilaksanakan, pihak sekolah baru menyampaikan bahwa Komite bisa melakukan salah satu agendanya sambil mengisi waktu saat para guru mengkoreksi hasil ujian anak-anak. Praktis hanya ada 3 hari untuk menyiapkan segala sesuatunya. Dari agenda yang mana yang akan didahulukan, yaitu Career Day dan Cooking Class, bagaimana format dan prosedur pelaksanaannya, sampai menentukan siapa saja yang akan mengisi acara tersebut. Karena agenda utamanya adalah Parents Day, maka peran orang tua sangat diharapkan agar acara bisa berjalan. Pihak Komite Sekolah, yang dimotori Mba Devi dan suami, sibuk menghubungi orang tua yang bersedia menjadi narasumber untuk menjelaskan profesi mereka maupun untuk mendampingi anak-anak pada waktu cooking class. Dan menging

Percakapan Sambil Lalu

Olahraga Latar belakang : Diskusi dengan guru kelas Detya saat mengambil laporan hasil evaluasi Mid semester Guru : "Alhamdulillah, nilai Detya cukup bagus semuanya...bla...bla....bla....na...na...na... Nilai terendah ada di Olahraga yang diambil berdasarkan hasil ujian praktek. Nilainya 76." Ayah : "Bu, kira-kira ujiannya seperti apa ya? Saya itu inginnya anak-anak belajar hidup sportif melalui olah raga. Jadi bisa belajar menerima kekalahan dan tetap rendah hati ketika menang. Tapi Bu...susah sekali membuat Detya itu berminat di olahraga. Saya sudah siapkan raket bulutangkis, bola sepak, bola basket. Tapi Detya susah sekali diajak bergerak. Kira-kira gimana ya Bu, biar Detya berminat olahraga?" Bunda : "....." (sambil merasa sedih kenapa penjelasan gurunya bagian Detya bisa mengemukakan argumennya untuk menilai jawaban temannya itu benar atau salah dan itu nilai lebih untuk anak seusianya, tidak membuat ayah kagum.) Melihat Aurat Latar belakang :

Legenda Banyuwangi

Gambar
Saya ingin berbagi cerita tentang asal muasal Banyuwangi, kota kelahiran saya. Keinginan saya ini diawali waktu menghadiri pertemuan Halal Bihalal IKAWANGI (Ikatan Keluarga Banyuwangi) yang diselenggarakan di Taman Mini Indonesia Indah, tepatnya di Anjungan Jawa Timur. Baru kali itu saya mengikuti acara Halal Bihalal Ikawangi, walaupun telah lama saya dengar bahwa acara ini selalu diadakan di TMII. Saya cukup heran, kenapa diadakan di TMII? Kenapa selalu saja ada Rombongan Budaya dari Banyuwangi langsung yang ikut datang di acara ini? Rupanya, acara Halal Bihalal ini memang diselenggarakan bersamaan dengan waktu Budaya Banyuwangi dipagelarkan di Anjungan Jawa Timur. Hampir tiap minggu, Anjungan Jawa Timur mengadakan pagelaran budaya yang bergiliran dari semua daerah di Jawa Timur yang bersedia berpartisipasi. Misalnya di bulan Oktober ini, selain Pagelaran Budaya Banyuwangi yang diadakan tanggal 3 Oktober, juga ada Pagelaran Kesenian Madiun pada tanggal 17 Oktober dan Pagelaran Ke

Menang Undian

Pernah ga memperhatikan bahwa ada orang-orang tertentu yang selalu dapat keberuntungan. Orang itu mudah sekali dapat doorprize, menang undian, dapat hadiah langsung...ya sama seperti si Untung Bebek yang selalu beruntung di cerita Donald Bebek. Nah,aku bukan termasuk orang yang beruntung. Seringkali aku berkhayal, aku menang undian mobil dari bank anu...seperti temanku yg menang Honda CRV, atau menang mobil sedan dari undian bank itu, seperti temanku yang lain....yaaah....cuman sekedar berkhayal....tanpa pernah terjadi. Jangan yang itu deh...bahkan doorprize di acara gathering kantorku saja, aku ga dapat sama sekali. Padahal jumlah doorprize-nya separonya jumlah peserta. Artinya kan kemungkinan dapat doorprize mencapai 50%. Tetap saja doorprize terkecilpun ga dapat. Kalau suamiku masih agak beruntung di bidang doorprize, pernah dapat sprei dan bedcover dari dua acara yang berbeda. Jadi aku agak-agak malas ikutan undian-undian apapun itu. Misalnya ngisi-ngisi kupon belanja yang

Dua Anak Cukup.......bonusnya satu saja...

Sejak balik mudik kemarin, anak kami jadi dua saja. Wisam tinggal di Banyuwangi, jadi kesayangan disana. Bapakku tiap pagi nganterin Wisam ke playgroup...nungguin disana sampai waktu pulang. Lanjut ke mesjid untuk sholat dhuhur. Tidur siangnya Wisam, menunggu adikku pulang dari ngajar. Walau di TK yang sama, Wisam tidak berangkat bersama tantenya karena adikku harus berangkat lebih pagi dan pulang lebih siang. Intinya, berdasar cerita Bapak Ibu dan adikku serta hasil telpon-telponan sama Wisam, sepertinya dia lebih terawat disana daripada di rumah saja bersama pengasuhnya. Lalu bagaimana dengan kami sendiri disini?.... Hohohoho....kami membuktikan bahwa slogan pemerintah bahwa 'dua anak cukup' itu banyak manfaatnya... Jadi kan selama ini Detya dan Javas jadwal sekolahnya disamakan dengan jadwal kerja kami. Berangkat sama paginya...pulang sama malamnya. Diantara pulang sekolah dan menunggu kami pulang kantor, mereka ada di penitipan. Wisam sendiri dirumah saja dengan pen

Grease atau High School Musical ?

Gambar
Pernah nonton Grease?..Dulu aku bisa berkali-kali nonton film Grease ini. Bagiku Grease adalah film musikal remaja yang paling keren. Pertama kali nonton kalau ga salah waktu acara TV tahun baru di TVRI. Saat itu sepertinya aku masih SMP, dan langsung suka banget sama Danny Zuko dan Sandy Olsson. Tentu saja langsung ngefans berat ama Jhon Travolta...sampai sekarang. Setelah itu, setiap kali diputar di TV, entah TVRI lagi atau RCTI, aku ga pernah ketinggalan. Dulu kan ga pernah punya player..jadi bisanya cuma nunggu diputar di TV saja. Pas lulus kuliah, aku numpang hidup di rumah saudaraku sambil menunggu panggilan kerja. Nah disana punya laser disc player....dan bisa diduga...yang kusewa adalah Grease dan kutonton berulang-ulang.... tetap ga pernah bosen. Saat itu, tahun 1998, adalah peringatan 20 tahun film Grease dan soundtrack film ini diluncurkan ulang.... Tentu saja aku ga ketinggalan beli...entah dimana kaset itu sekarang....:( Saat High School Musical happening...aku kem

Disparitas

Suatu ketika, saat assessment terakhir di unit kerjaku, aku merasa tersentak ketika diminta mengisi biodata pribadi bagian saudara kandung. Disitu aku diharuskan mengisi data detil orangtua dan saudara kandungku. Nama, tanggal lahir dan pendidikan keluargaku termasuk aku sendiri. OK, sebelumnya aku memang menyadari bahwa banyak perbedaanku dengan saudara-saudara kandungku yang lain. Tapi aku tidak pernah sekaget ini ketika membaca ulang formulir yang sudah kuisi. Aku kaget melihat betapa berbedanya tingkat pendidikanku dengan saudaraku yang lain. Kakakku lulus SMA, adikku langsung, SMP saja ga lulus sehingga harus kutuliskan SD. Adikku setelahnya ga mau nerusin lagi kuliahnya jadi harus kutulis SMA dan adikku yang bungsu kutulis D2 karena baru tahun ini melanjutkan ke S1. Sedangkan aku sendiri, alhamdulillah dapat beasiswa S2. Dari perbedaan pendidikan itu saja dapat terlihat betapa berbedanya gaya hidup kami. Aku terpekur cukup lama membaca riwayat pendidikan itu. Aku jadi berp

Campur-Campur Selama Mudik

Gambar
Aku dan Pulang Kampung Tahun ini aku mudik ke Banyuwangi..ke rumah orang tuaku. Tahun lalu hanya ke Kediri. Bedanya jika mudik ke Banyuwangi, masih bisa transit di Kediri pergi dan pulangnya. Kalau sudah di Kediri, artinya ga akan ke Banyuwangi sama sekali. Tahun lalu si...semua keluargaku yang main ke Kediri. Ga tau bagaimana pengaturan tahun depan. Yang jelas...masa si ga ketemu keluargaku dalam dua tahun... Aku sudah bingung bagaimana mengatur mudik kami tiap tahunnya. Jika bertahan harus kedua tempat itu setiap kali mudik, yang ada hanya capek di jalan. Kediri Banyuwangi butuh 8 jam perjalanan. Di rumah orang tua paling dapatnya cuma 2 malam saja. Setahun sekali pulang hanya untuk bertemu 2 malam saja. Maka semenjak tahun lalu kami putuskan satu rumah saja setiap mudik, diawali dengan Kediri dulu. Jadi tahun lalu, kami sama sekali ga pulang ke Banyuwangi. Berpuas-puas kami habiskan tujuh malam di Kediri. Tahun ini pun kami puaskan tujuh malam di Banyuwangi..termasuk dua

Warna Favorit

Sejak SMP dulu sampe duduk di bangku kuliah, aku suka sekali dengan warna hijau. Dan untuk warna yang kubenci adalah pink. Bener deh, ketidaksukaan itu kudeklarasikan kemana-mana. Di buku-buku suka kutulis.."I hate pink". Entahlah kenapa segitu tidak sukanya aku dengan warna pink, mungkin karena terlalu girlie sedangkan aku pecicilan gini, jadi anti sama pink. Dan juga ketika melihat teman-temanku yang pemuja warna pink, begitu anggun dan cantik, sedangkan aku tidak bisa seperti itu, jadi pink sama sekali jauh dari sifatku. Tentang hijau sendiri...ah..kupikir gampang dipahami kenapa hijau banyak disukai...warna yang lembut sekaligus tegas, tergantung gradasi hijau apa yang sedang dilihat. Daun-daun berwarna hijau meneduhkan...pupus daun pisang begitu segar dilihat. Atau hijau lumut yang gelap pun nampak misterius. Hijau is the best lah pokoknya...eeeh..kecuali hijau karpet mesjid ding...aku ga suka warna hijau yang mencolok mata seperti itu. Nah, waktu kuliah adalah wa

Single Parent

Hari Jumat kemarin, aku dapat sms dari teman SDku, rupanya dia dapat nomer hpku dari sahabat masa SDku dulu, UKE. Yaaa...biasalah sms standar tanya kabar, tinggal dimana, kerja dimana dan seterusnya. Temanku itu cowok. Dari teman-teman SDku, hanya tiga orang yang pernah telpon/smsan denganku, ya UKE itu, satu temen cowok anak dari teman kerja Bapakku dan yang kemarin sms itu, sebut saja Bobby. SDku dulu termasuk SD pinggiran yang muridnya banyak sekali dari suku Madura atau keturunan Arab. Nah, setelah SMP aku seperti putus hubungan dengan dunia SDku karena rumahku yang jauh dan ga banyak teman SDku yang melanjutkan sekolah ke SMP. Bahkan ada temanku pas kelas 4 harus berhenti sekolah karena dinikahkan oleh orangtuanya. Bayangkan...umur 9 tahun sudah dinikahkan.... Jaman SD dulu, Bobby ini pendiem sedangkan aku juga pendiem *sebentar...pendiem ga ya...ralat deh..termasuk rata-rata ding*. Untuk jaman SD dulu, Bobby termasuk good looking, tapi saking pendiamnya...bukan dia yang d

Iuran Sekolah

Aku sudah terbiasa dengan metode pembayaran sekolah yang ada di Istiqlal karena dua anak pertamaku sekolah disana. Iuran bulanan, seperti biasa, dibayarkan tiap awal bulan sampai paling lambat tanggal 10 bulan berjalan. Uang pangkal dibayarkan pada waktu pertama daftar sekolah dan bisa dibayarkan dengan mencicil... Selain itu ada yang namanya uang KBM (kegiatan belajar mengajar) yang dibayarkan setahun sekali *boleh dicicil :D* yang sudah mencakup semua biaya alat, buku dan kegiatan selama setahun *termasuk biaya kunjungan-kunjungan belajar dan outbond*. Selain itu ga ada lagi permintaan iuran ini itu, sehingga aku hanya perlu mengingat-ingat iuran bulanan saja. Menurutku jadi ringkas dan aku hanya perlu menabung sendiri untuk ngumpulin uang KBM yang mesti dibayar tiap tahun ajaran baru. Bedannya, anak bungsuku sekarang ini belajar di Kelompok Bermain di dekat rumah. Dengan berbagai pertimbangan, kami memutuskan bahwa untuk kelompok bermain, biar Wisam di dekat rumah saja. Nanti

Diane atau Yasmin?

Setelah kuperhatikan, ternyata hit tertinggi atas tulisan-tulisanku ini adalah mengenai Pil KB dan Kutu Rambut. Tiap hari selalu saja ada yang googling masalah 2 hal itu dan berakhir nyasar di blogku ini. Kata kunci untuk Pil KB itu biasanya Diane 35 dan Yasmin. Ya, dua merk pil KB yang manfaatnya lebih dari sekedar mengatur kehamilan. Namanya juga pil KB, maka merknya pun dilabeli nama-nama perempuan, Diane 35 dan Yasmin. Banyak juga si pil KB yang lain, tapi pil KB yang lainnya adalah pil KB standar yang isinya hanya berbagai bentuk hormon estrogen, bisa juga campuran dengan progesteron sintetis. Efeknya adalah manipulasi hormon tubuh sehingga seakan-akan ovulasi sudah terjadi, artinya sel telur ga akan dilepaskan sampai waktunya pil habis. Dulu aku ga bisa memilih mau pakai pengatur kehamilan yang mana sampai akhirnya anak kedua dan ketiga lahir tanpa perencanaan. Berhubung ngurus tiga anak saja sudah membuatku kelabakan, maka aku memutuskan untuk pakai pil KB Diane 35 . Denga

Anak Pintar, Anak Soleh

Dulu biasanya jika sedang merayu anak-anak, aku akan bilang.."Detya cantik"..."Javas ganteng"... Lalu kupikir-pikir, apapun yang diucapkan orangtua terhadap anak-anaknya adalah doa, sehingga kupikir betapa dangkalnya doaku untuk anak-anakku. Cuman pengen mereka ganteng dan cantik. Ya sebenarnya cantik dan ganteng yang kumaksud ya secara keseluruhan, tapi pasti yang ditangkap oleh yang mendengar adalah masalah fisiknya saja. Maka aku berusaha keras merubah rayuan itu jadi "Detya pinter"..."Javas pinter"..."Wisam pinter".... Aku merasa senang sekali karena bisa merubah ucapan yang sudah keluar otomatis itu menjadi lebih berkelas, bukan hanya masalah penampilan saja. Aku merasa doaku kali ini lebih advance yaitu berdoa agar mereka pintar dalam segala hal. Namun ternyata..... Doa yang selama ini kuanggap sudah berkelas dan lebih advance, jadi jatuh nilainya ketika suatu ketika aku mendengar temanku merayu anaknya dengan..."Fulan s

Rumah Dan Masalahnya

Perbincangan masalah rumah antara aku dan suamiku selalu saja berakhir dengan ga ada kesimpulan. Aku paham bahwa banyak hal yang dipertimbangkan suamiku dalam rangka mendapatkan rumah idaman, beda denganku yang hanya mementingkan tampilan umum saja. Semenjak kepindahanku dulu dari kontrakan ke rumah dinas tahun 2006, aku sudah memutuskan bahwa urusan memilih rumah aku serahkan sepenuhnya kepada suamiku. Ini dalam rangka menghindari konflik besar. Waktu pindahan 2006 dulu, kami selalu argueing tentang segala hal. Saat itu rumah dinas yang kudapatkan sangat-sangat tidak layak huni sehingga butuh renovasi lumayan besar. Nah, dalam rangka renovasi itu kami diskusi dengan emosi yang diakhiri dengan saling membentak di hadapan Bapakku. Bapakku memang datang membantu proses renovasi itu dengan membawa tukang dari kota asalku sehingga beliau juga mengamati semua pross diskusi kami tanpa sekalipun turut campur. Setelah insiden saling membentak itu, akhirnya Bapakku cerita tentang suatu hal