Medeking
Hmmm...rupanya ketika aku browsing kata-kata itu..yang muncul cuma kata-kata dari bahasa asing. Dari situs bahasa Indonesia malah ga muncul sama sekali. OK..medeging atau medeking..aku ga tau spelling yang bener bagaimana, tapi yang ibuku bilang ya seperti itu. Kupikir dulu istilah itu hanya karangan ibuku sendiri atau paling tidak hanya ada di Banyuwangi saja.
Ibuku menyebut Medeking untuk menandai adikku langsung yang merupakan anak ketiga. Jadi medeking adalah istilah khusus untuk anak ketiga yang menurut orang-orang tua merupakan anak yang di luar kebiasaan. Artinya, jika bagus maka akan bagus sekali, dia akan sangat menonjol baik kepribadian, kepandaian dan jalan hidupnya...tapi jika tidak maka dia akan gampang sakit-sakitan, akademiknya kurang dan jalan hidupnya pun bermasalah, yang paling utama sih..kesehatannya amat sangat kurang (terutama waktu kecil). Nah, adikku termasuk kategori yang kedua, dari masa kehamilannya sudah banyak masalah yang dialami ibuku dari usia kandungan yang lebih dari 10 bulan sampai jatuh terduduk pas kandungan usia tua sehingga harus segera dilahirkan. kemudian ketika dia kecil sakit-sakitan terus, dari sakit telinga, sakit mata, dan sakit cacar airnya pun luar biasa (padahal pada saat yang sama cacar air itu juga menyerangku, tapi bintikku cuman muncul tiga sedangkan dia di seluruh tubuhnya tanpa ada ruang kosong sama sekali). Pa dia smp, asmanya muncul dan sangat-sangat parah (beda denganku yang parah ketika aku kecil (balita) dan selanjutnya hanya muncul jika aku banyak pikiran saja, dia bisa kambuh hanya karena kekenyangan!). Sungguh mengenaskan masalah kesehatan adikku ini.
Belum lagi prestasi akademiknya. Dia sukses lulus SD karena para gurunya ngeliat bapakku yang pendatang baru di kampungku itu. Dan ketauan bener prestasinya ketika dia harus dua kali ngulang kelas dua smp, kemudian untuk selanjutnya dia menyerah ga mau sekolah sehingga smp aja ga lulus. Hmmmm, adikku itu benar-benar spesial, walau dengan kualitas seperti itu, ga berarti dia menyepelekan keluarga. Dengan caranya sendiri, dia sangat bertanggungjawab mengurus bapak ibuku, dapat uang 10rb, yang 5rb dia belikan beras. Walau setiap saat bertengkar dengan ibuku, tapi tetap saja ibu yang selalu dia pikiran..(hubungan yang aneh..).
OK, balik ke medeking..jadinya definisi medeking lebih pada kategori kedua bagiku (karena adikku itu). Pas PKL waktu kuliah dulu, aku ketemu ibu-ibu yang sedang hamil anak ketiga dan dia menyelenggarakan selametan medeking untuk calon bayinya. Selametan itu bertujuan agar anak ketiganya ini dihindarkan dari jenis kedua medeking (hmmmm, aku cek lagi, ibuku dulu selametan juga kok). Dilanjutkan dengan cerita Kepala Kantor tempat aku PKL itu juga anak ketiga dan waktu kecil dia juga sakit-sakitan. Menurutku dia itu termasuk orang yang spesial dalam arti medeking kategori pertama, pintar, lulusan master luar negeri dan karirnya pun bagus. Artinya 1:1 niy antara kategori pertama dan kedua.
Pas menikah dengan suamiku, aku tau bahwa adik suamiku termasuk kategori kedua artinya, dari kecil dia sakit-sakitan (parah juga) dan ketika mulai kerja ga pernah bener (sampai sekarang). OK, skornya 1:2..
Yang bikin aku jadi semakin kepikiran adalah fakta bahwa semua orang tua (paling engga orang tua jawa) mengerti tentang istilah medeking ini. Artinya keunikan pada anak ketiga ini memang nyata sampai ada selamatan khusus yang salah satu hantarannya adalah rebusan dari 7 tumbuhan pendem (artinya makanan yang tumbuhnya dalam tanah, misalnya:kacang tanah, ubi jalar, singkong, mbote, apalagi ya..pokoknya tujuh macem!) dan tanaman pendem itu ga boleh beli sendiri, mesti minta ke tetangga.... cape deh..
Oleh karena itu, ketika Javas anak keduaku lahir...aku bertekat untuk tidak hamil dulu sebelum mentalku siap. walau aku ga percaya, tapi kondisi adikku itu tertancap erat di otakku sehingga aku takut malah bisa mensugesti aku ketika punya anak ketiga. Aku bertekat jika aku sudah bisa menemukan contoh kategori pertama jauh lebih banyak dari kategori kedua maka aku akan hamil lagi.
Nyatanya, tanpa direncanakan aku hamil lagi... Maka dengan pasrah dan selalu berpikir positif aku jalani kehamilanku ini. Mertuaku sempat mengadakan selametan medeking itu di rumahnya, bagaimanapun beliau juga berpengalaman punya anak ketiga sehingga semua prosesi dijalankan. Alhamdullilah kehamilanku lancar-lancar saja, walau perutku lebih terasa berat dan kelahirannya pun sama saja dengan kakak-kakaknya (lewat induksi). Ketika bayi pun semuanya masih lancar sehingga aku ga inget lagi masalah medeking itu.
Sampai ketika dia berumur 8 bulan, akhir 2007, harus dirawat di rumah sakit selama 7 hari karena ISK (infeksi saluran kencing). Pas dirawat itu sih ga kepikiran tentang medeking ini, tapi setelah itu seakan-akan masalah kesehatan muncul terus menerus. Dari batuk pilek yang ga sembuh-sembuh, sampai didiagnosa asma karena alergi, batuknya tetep ga sembuh-sembuh..berat badannya stagnan (dia sudah satu tahun tapi beratnya ga pernah lewat dari 8,7 kg). Sampai suatu ketika ada dokter yang mendiagnosa dia TB/Flek Paru. Siapa yang ga shock dengar berita seperti itu. Untung saja aku ga percaya begitu saja, sore itu juga, setelah browsing sana sini mengenai TB anak, aku nyari second opinion dan benar..untuk mendeteksi TB pada anak ga semudah itu. tiga minggu kemudian akhirnya tes mantouxnya ketahuan negatif jadi dokter memperkirakan bahwa batuk pileknya adalah reaksi atas alergi, jadi sedapat mungkin wisam tidak terpapar alergennya.
Maka kebersihan rumah adalah fokus perhatian kami disamping sejak umur 9 bulan susu sudah kami ganti dengan soya, tapi tetep saja batuk pilek itu muncul terus. sampai awal desember kemaren dia harus rawat inap lagi karena pnemonia. Ga sempat browsing lagi, maka 5 hari Wisam harus rawat inap. Pulang dari dirawat, aku cari second opinion ke dokter yang menanganinya dan dia menyetujui dari hasil rontgen bahwa memang pnemonia yang diidapnya. Tapi obat untuk rawat jalannya diganti dan hasilnya batuknya menghilang tinggal meler-meler dikit aja yang tetap ada. Tapi hal itu ga bertahan lama, hanya seminggu setelah itu batuknya muncul lagi dan seminggu ini menjadi semakin parah sehingga menganggu tidur dan makannya...
Tadi kami baru saja memeriksakannya di Harapan Kita dan dia harus tes mantoux sekali lagi. Hari kamis baru terlihat hasilnya..ah..semoga negatif...jika memang negatif maka dokter akan fokus ke alerginya saja.
Lalu, bagaimana aku tidak memikirkan masalah medeking lagi dengan kejadian Wisam yang seperti ini. Duh..anak ketigaku...aku ingin kamu menjadi medeking kategori pertama... Aku ga pernah berusaha mendiskusikan masalah medeking ini dengan suamiku, takut pikiran negatif justru akan membuat semuanya juga beraura negatif... tapi kenyataan awalnya adalah begini..Wisam gampang sekali sakit.
Ya Allah...semoga ujian-Mu saat ini adalah demi masa depan yang lebih baik..Amien..
Jgn pernah percya hal sepert itu
BalasHapusAku ank k dua justru sring skit2tan
Mau ank 123
Smua udh d atr jln hdup n y a
Aku punya kakak no 2 ,sakit melulu sampai jual tanah buat berobat,Alhamdulillah besarnya Kurang Ajar banget ama orang tua,Astaghfirullah semoga di ampuni segala dosanya...😔
HapusSy anak ketiga, sejak kecil sy memang sering sakit-sakitan, tp fungsi otak n jalan hidupku jauh lebih baik dari kakakq. Ketika masuk usia remaja Alhamdulillah sdah tdak pernah sakit2n parah sampai opname. Tp merupakan anak terpandai n jalan hidupku yg paling baik dibanding saudara2q.
BalasHapus