Food Allergy and Food Hypersensitivity
Hari kamis minggu lalu, aku memenuhi permintaan suamiku untuk memeriksakan anak keduaku ke klinik Picky Eaters di RSIA Bunda di Menteng sana...yang menangani adalah dr. Widodo Judarwanto. Kalau mau baca detil tentang beliau bisa klik di CHILDREN ALLERGY CLINIC.
Lo..apa hubungannya klinik picky eaters dengan klinik alergi? Aku sendiri sebenarnya juga bingung, sebenarnya apa bedanya sih..? OK, mungkin bisa kumulai dari awal tahun lalu ketika suamiku tiba-tiba ingin memeriksakan Javas ke klinik tersebut. Aku sendiri merasa kurang sreg, karena walaupun Javas kecil mungil untuk usianya, tapi dia masih suka makan roti, mau makan sosis dan nuget walau sangat sulit makan sayur dan lauk lainnya. Eniwei..roti dan segala isinya kupikir sudah dapat mencukupi semua kebutuhan karbohidrat dan segala macemnya karena aku selalu memilihkan yang terbaik untuk isiannya. Tapi suamiku merasa itu belum cukup mengingat dibanding teman-teman seusianya, postur tubuhnya cukup kecil bahkan dibanding anak yang setahun dibawahnya.
Tapi akhirnya kamis kemaren, aku ngikut saja ketika suamiku bilang bahwa dia sudah mendaftarkan Javas ke dr Widodo. Setelah 2,5 jam menunggu giliran dipanggil (sekali lagi tentang menunggu...MENYEBALKAN...mo marah rasanya..), kami dapat giliran konsultasi dengan dokternya. Sebelumnya kami sempat heran, kenapa semua pasien yang masuk butuh waktu lama untuk selesai diperiksa. Ternyata memang menagsyikkan diskusi dengan dr. Widodo, walau seringkali ketika kami ingin cerita panjang lebar, sudah dipotong oleh beliau (mungkin beliau sudah bosen denger cerita standar yang berulang-ulang tapi beda versi).
Eniwei, pas kami baru saja duduk dan setelah perkenalan nama anak, dokter langsung bilang, "Ini Javas mirip dengan ibunya ya? Kalau kakaknya mirip ayahnya?" kami hanya senyum dan menambahkan "Adiknya juga mirip ayahnya, dok"
dr Widodo langsung menimpali, "Dari hasil studi, mirip wajah siapa si anak, maka riwayat penyakitnya pun akan sama". Gubrak deh.. sebenarnya selama ini kami belum sepakat, mirip siapakah Javasku ini...karena banyak juga yang bilang dia ga mirip aku. Tapi kalau dibandingkan ayahnya jelas banget dia ga mirip ayah. Jadi mirip siapa lagi kalo ga mirip ibu?
Lalu dr. Widodo memberi kami satu brosur yang isinya semua ada di blog di atas.
Setelah memberi tau bahwa riwayat penyakitku akan sama dengan Javas, baru kemudian beliau menebak satu persatu semua gejala penyakit hipersensitifitas dan alergi yang mungkin muncul pada Javas, dan satu persatu gejala tersebut kami iyakan... OMG..dari yang semula aku pesimis tentang keinginan suamiku periksa ke klinik ini, menjadi sadar bahwa walaupun akibatnya tidak fatal tapi cukup mengganggu dan aku jadi lebih memahami perangai anakku ini yang menurutku luar biasa.
Gejala-gejala yang disebutkan dan yang aku iyakan: (jadi banyak gejalanya, yang aku sebutkan ini adalah yang terjadi pada Javas)
Nah, hipersensitifitas saluran cerna ini ini sering disertai dengan gangguan susunan saraf pusat dan perilaku sehingga aku jadi menyadari betapa pentingnya penyakit ini karena gangguan ini muncul hampir semuanya pada Javas (walau..sekali lagi..tidak mengakibatkan penyakit fatal).
Gangguannya pada Javas muncul dalam bentuk:
Komplikasinya: kesulitan makan dan berat badan sulit naik, daya tahan menurun sehingga gampang sakit.
OK, aku jadi memahami bahwa perilaku Javas yang selama ini sering membuat hatiku susah ternyata bukan murni sifat dia, tapi karena hipersensitifitas pencernaannya terhadap makananlah yang membuat dia sering tantrum, pemarah, pelupa yang luar biasa, dan agresif terhadap saudara-saudaranya. Dulu seringkali aku hilang kesabaran menghadapi perilaku Javas ini dan ga habis pikir kenapa Javas bisa seperti ini. Setelah memahami akar permasalahannya maka aku bisa menjadi lebih sabar dan menerima apapun yang dia lakukan...karena aku tau bahwa jika pencernaannya baik-baik saja maka semua gangguan perilakunya pun juga menghilang.
Maka semenjak hari kamis itu kami menjalankan diet eliminasi alergi makanan yang disarankan oleh dokter.
Ya, terasa berat karena pada dasarnya Javas sangat memilih makanan dan semua makanan yang selama ini disukainya justru merupakan eliminasi pertama dari dietnya. Maka aku semakin kesulitan dalam menentukan makanan apa yang harus dikonsumsi Javas.
Javas sendiri berulangkali mengeluh bahwa makanan apapun yang disukainya ga boleh dimakan...ngenes sekali mendengar keluhannya. Satu hal yang membuatku semangat, jika kami benar-benar menaati diet makanan tersebut maka Javas pun lebih kalem dan ga tantrum. Sedikit saja makanan yang dilarang itu dimakan maka perilaku agresifnya juga muncul.
Jadi saat ini makanan yang boleh dimakan oleh Javas adalah semua bagian sapi dan kambing serta ikan air tawar, sedang karbohidratnya adalah beras, kentang, ubi, termasuk singkong dan semua produk olahannya (artinya, bihun, misoa, kweetiau, bubur sumsum, kue mangkok dll). Hampir semua sayuran boleh dimakan kecuali brokoli. Untuk buah hanya boleh apel, pepaya, pir, alpukat, selain itu ga boleh.
Maka bayangkan betapa sulitnya kami memotivasi Javas untuk makan karena dia paling suka naget, kulit ayam goreng, donat, mi, roti dan segala isiannya..hanya itu.. Kami harus berjuang keras membuat dia mau makan soto daging, rawon, kue mangkok, bubur sumsum pengganti donat favoritnya. Belum begitu sukses siy...baru 5 hari ini kami mencoba..padahal minimum 3 minggu penuh kami harus konsisten.
Yang jelas..untuk Javas mesti SEMANGAT...!!
Lo..apa hubungannya klinik picky eaters dengan klinik alergi? Aku sendiri sebenarnya juga bingung, sebenarnya apa bedanya sih..? OK, mungkin bisa kumulai dari awal tahun lalu ketika suamiku tiba-tiba ingin memeriksakan Javas ke klinik tersebut. Aku sendiri merasa kurang sreg, karena walaupun Javas kecil mungil untuk usianya, tapi dia masih suka makan roti, mau makan sosis dan nuget walau sangat sulit makan sayur dan lauk lainnya. Eniwei..roti dan segala isinya kupikir sudah dapat mencukupi semua kebutuhan karbohidrat dan segala macemnya karena aku selalu memilihkan yang terbaik untuk isiannya. Tapi suamiku merasa itu belum cukup mengingat dibanding teman-teman seusianya, postur tubuhnya cukup kecil bahkan dibanding anak yang setahun dibawahnya.
Tapi akhirnya kamis kemaren, aku ngikut saja ketika suamiku bilang bahwa dia sudah mendaftarkan Javas ke dr Widodo. Setelah 2,5 jam menunggu giliran dipanggil (sekali lagi tentang menunggu...MENYEBALKAN...mo marah rasanya..), kami dapat giliran konsultasi dengan dokternya. Sebelumnya kami sempat heran, kenapa semua pasien yang masuk butuh waktu lama untuk selesai diperiksa. Ternyata memang menagsyikkan diskusi dengan dr. Widodo, walau seringkali ketika kami ingin cerita panjang lebar, sudah dipotong oleh beliau (mungkin beliau sudah bosen denger cerita standar yang berulang-ulang tapi beda versi).
Eniwei, pas kami baru saja duduk dan setelah perkenalan nama anak, dokter langsung bilang, "Ini Javas mirip dengan ibunya ya? Kalau kakaknya mirip ayahnya?" kami hanya senyum dan menambahkan "Adiknya juga mirip ayahnya, dok"
dr Widodo langsung menimpali, "Dari hasil studi, mirip wajah siapa si anak, maka riwayat penyakitnya pun akan sama". Gubrak deh.. sebenarnya selama ini kami belum sepakat, mirip siapakah Javasku ini...karena banyak juga yang bilang dia ga mirip aku. Tapi kalau dibandingkan ayahnya jelas banget dia ga mirip ayah. Jadi mirip siapa lagi kalo ga mirip ibu?
Lalu dr. Widodo memberi kami satu brosur yang isinya semua ada di blog di atas.
Setelah memberi tau bahwa riwayat penyakitku akan sama dengan Javas, baru kemudian beliau menebak satu persatu semua gejala penyakit hipersensitifitas dan alergi yang mungkin muncul pada Javas, dan satu persatu gejala tersebut kami iyakan... OMG..dari yang semula aku pesimis tentang keinginan suamiku periksa ke klinik ini, menjadi sadar bahwa walaupun akibatnya tidak fatal tapi cukup mengganggu dan aku jadi lebih memahami perangai anakku ini yang menurutku luar biasa.
Gejala-gejala yang disebutkan dan yang aku iyakan: (jadi banyak gejalanya, yang aku sebutkan ini adalah yang terjadi pada Javas)
- saluran pernapasan:sering batuk pilek, sinusitis
- kulit:sering menarik alat kelamin karena gatal, ujung penis sering merah gatal..(dulu sering sekali)
- saluran cerna:sulit BAB dan kotoran keras dan bulat, sering buang angin dengan bau tajam
- gigi dan mulut:nyeri gigi, gigi berwarna kuning kecoklatan dan rusak, gusi mudah bengkak, mulut berbau
- pembuluh darah kecil (vaskulitis):sering lebam kebiruan pada tulang kering kaki atau pipi atas seperti bekas terbentur
- fatique:mudah lelah sehingga minta gendong
Nah, hipersensitifitas saluran cerna ini ini sering disertai dengan gangguan susunan saraf pusat dan perilaku sehingga aku jadi menyadari betapa pentingnya penyakit ini karena gangguan ini muncul hampir semuanya pada Javas (walau..sekali lagi..tidak mengakibatkan penyakit fatal).
Gangguannya pada Javas muncul dalam bentuk:
- gangguan tidur malam:bolak-balik dari ujung ke ujung, beradu gigi (bruxism)
- agresif meningkat:sering memukul kepala sndiri, mencubit atau memukul pada saat gemes (terjadi pada kakak dan adiknya, kepada teman-temannya dia bisa menahan diri)
- gangguan konsentrasi:tidak teliti, sering kehilangan barang, pelupa, suka bengong..TAPI ANAK SEBENARNYA SANGAT CERDAS..(ini kata dokternya..ehem..ehem..emaknya jadi kesenengan niy)
- emosi tinggi:mudah marah, berteriak/mengamuk/tantrum, keras kepala, suka membantah
- gangguan oral motor:agak cadel, gagap (dulu)
- impulsif:sering memotong pembicaraan orang lain
Komplikasinya: kesulitan makan dan berat badan sulit naik, daya tahan menurun sehingga gampang sakit.
OK, aku jadi memahami bahwa perilaku Javas yang selama ini sering membuat hatiku susah ternyata bukan murni sifat dia, tapi karena hipersensitifitas pencernaannya terhadap makananlah yang membuat dia sering tantrum, pemarah, pelupa yang luar biasa, dan agresif terhadap saudara-saudaranya. Dulu seringkali aku hilang kesabaran menghadapi perilaku Javas ini dan ga habis pikir kenapa Javas bisa seperti ini. Setelah memahami akar permasalahannya maka aku bisa menjadi lebih sabar dan menerima apapun yang dia lakukan...karena aku tau bahwa jika pencernaannya baik-baik saja maka semua gangguan perilakunya pun juga menghilang.
Maka semenjak hari kamis itu kami menjalankan diet eliminasi alergi makanan yang disarankan oleh dokter.
Ya, terasa berat karena pada dasarnya Javas sangat memilih makanan dan semua makanan yang selama ini disukainya justru merupakan eliminasi pertama dari dietnya. Maka aku semakin kesulitan dalam menentukan makanan apa yang harus dikonsumsi Javas.
Javas sendiri berulangkali mengeluh bahwa makanan apapun yang disukainya ga boleh dimakan...ngenes sekali mendengar keluhannya. Satu hal yang membuatku semangat, jika kami benar-benar menaati diet makanan tersebut maka Javas pun lebih kalem dan ga tantrum. Sedikit saja makanan yang dilarang itu dimakan maka perilaku agresifnya juga muncul.
Jadi saat ini makanan yang boleh dimakan oleh Javas adalah semua bagian sapi dan kambing serta ikan air tawar, sedang karbohidratnya adalah beras, kentang, ubi, termasuk singkong dan semua produk olahannya (artinya, bihun, misoa, kweetiau, bubur sumsum, kue mangkok dll). Hampir semua sayuran boleh dimakan kecuali brokoli. Untuk buah hanya boleh apel, pepaya, pir, alpukat, selain itu ga boleh.
Maka bayangkan betapa sulitnya kami memotivasi Javas untuk makan karena dia paling suka naget, kulit ayam goreng, donat, mi, roti dan segala isiannya..hanya itu.. Kami harus berjuang keras membuat dia mau makan soto daging, rawon, kue mangkok, bubur sumsum pengganti donat favoritnya. Belum begitu sukses siy...baru 5 hari ini kami mencoba..padahal minimum 3 minggu penuh kami harus konsisten.
Yang jelas..untuk Javas mesti SEMANGAT...!!
salam kenal mbk dewi sy shinta. sharing ya mbak, kebetulan anak sy jg alergi. tertarik jg ke dokter widodo.
BalasHapusskrng gmn mbak? si javas, apa tetap harus diet tidak makan semua yg pencetus alerginya itu?
Hai bunda, salam kenal.. menarik sekali baca tulisan bunda ini.. kalau boleh tahu, hasilnya seperti apa, bunda? Sekarang Javas jadi lahap makan kah? Makanan yang dieliminasi sampai kapan?
BalasHapus