Arak-Arakan Pengantin ala Banyuwangi

Sebenarnya saya tidak ingin memberi judul seperti di atas karena tidak semua pengantin di Banyuwangi melakukan prosesi arak-arakan ini. Tapi karena prosesi ini wajib dilaksanakan di sebuah dusun tertentu, jadi bolehlah mewakil Banyuwangi secara keseluruhan.

Budaya Banyuwangi sendiri merupakan perpaduan dari 3 budaya yaitu Jawa, Madura dan Bali, bahkan bahasa asli yaitu Osing juga campuran dari 3 bahasa itu.

Dalam prosesi ini sebagai pelakunya adalah adik kandung saya yang menikah dengan perempuan asal dusun Pondok Nongko Kecamatan Kabat Banyuwangi. Kalau susah membayangkan Banyuwangi, ya bisa membayangkan kalau kita mau ke Bali lewat darat maka mau tidak mau harus menyeberang melewati Pelabuhan Ketapang Banyuwangi. Kota Banyuwangi sendiri berjarak 8 kilometer dari pelabuhan penyeberangan. Naah...Pondok Nongko terletak kurang lebih 6 kilometer dari kota Banyuwangi. Walaupun hanya 6 km namun sudah termasuk pinggir kota yang jauh dari suasana kota alias terpencil dan aktifitas utama para penduduknya adalah bertani dan kadang-kadang mengolah nira kelapa menjadi gula merah.

Bagaimana adik saya bisa mengenal perempuan asal daerah itu, saya sendiri kurang begitu jelas. Intinya tiba-tiba sudah lamaran dan tanggal pernikahan sudah ditetapkan secepat mungkin. Jadilah saya harus cuti agar bisa menghadiri pernikahan itu. Ironisnya, walaupun saya sudah datang dua hari sebelum akad nikah, tetap saja saya ketinggalan prosesi akad nikah. Hari itu mungkin hari yang sangat baik sampai-sampai yang mau menikah sebanyak 32 pasangan. Karena penghulunya terbatas, maka giliran adik saya adalah jam 05.30, itupun giliran kelima (lah…yang pertama terus jam berapa?). Jam 03.00 semua keluarga sudah bangun dan langsung bersiap-siap tetapi baru jam 06.00 kami sampai di rumah pengantin putri. Tentu saja akad nikah telah selesai dan dengan berlinang airmata, adik saya menyambut kdatangan kami yang telat. OK lah, akad nikah terlewat tapi jangan sampai arak-arakan sorenya terlewat.

Setelah waktu lamaran sebelumnya, keluarga putri sudah memberi tahu mengenai acara arak-arakan pengantin yang dilaksanakan sore hari setelah akad nikah. Pasangan pengantin akan naik becak atau delman yang sudah dihias diiringi musik rebana dibelakangnya. Iring-iringan dimulai di jalan masuk dusun tersebut dan akan menempuh jarak kurang lebih 2 km menuju rumah kelaurga putri.

Inilah hasil jepretan saya yang saya harap bisa mewakili semua prosesi yang ada.
Saya tidak bisa membayangkan jika saya sendiri harus mengikuti prosesi itu…wuih..ga ketahan malunya, kayak karnaval 17 Agustusan saja.

Komentar

  1. masyaAllah urutan ke5 akadnya aja jam segitu, pagi bener....... itu mah klo dsn (aceh) br aja subuh.

    lucu ya smp diarak gitu, pake bj basahan lg..

    BalasHapus
  2. klo bukan qta siapa lg yg ngewarisin adat n kebudayaan yg susah payah dpertahankn n dturunkan kpd genersi penerusx ...
    liat aja skr smua pd naek mobil mewah,smakin mewh n berkelas mobilx smakin gaya,pdhl cuman sewa doang ... klo buat sewa delman dpt brp delman tuh,bs buat arak2an org sekampung kali ...
    selama tinggal dbwi aja g pernah sy melihat yg sperti ini,dkota uda g ada acara arak2an selain karnaval 17an,tp dr dulu semenjak tinggal dbwi jd pengen nikahan diarak kaya gini,kerenlah klo mnurut sy,apalgi dbalut dg pakaian pengantin adat banyuwangi yg amazy,mantap dah
    terimakasih banyuwangi,darimu aq menjadi lebih mencintai negeriku ... :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Medeking

Seri Rumah Kecil - Laura Ingalls Wilder

Coba Atur Blog