Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2020

Another Rambling

Aku tuh paling sensi sama alat bantu pernafasan. Tahun lalu, ada sepupuku yang merasa sedih karena paman yang sudah dia anggap bapak sendiri, harus dirawat di ICU dan harus pakai alat bantu pernafasan. Karena sangat sensi, aku jadi maksa dia untuk negokin pamannya itu. Kenapa sedih? Ya karena aku tau sendiri kenapa sampai perlu alat bantu dan bagaimana prosedurnya serta apa risikonya.. Keknya semua yang aku alami pagi itu tanggal 24 Februari 2018 bagai film yang diputar ulang dan hatiku jadi patah. Beberapa waktu lalu, di grup kuliahku ada teman share gambar animasi prosedur pemasangan alat bantu pernapasan.  Aku tau maksud dia adalah agar kami semua tidak menggampangkan pandemi ini.  Tapi ngeliat gambar itu saja, hatiku patah. Dan baru saja aku dengar teman yang cerita bahwa Covid 19 yang menularinya, membuat kedua orangtuanya jadi terpapar.  Ibunya harus pakai alat bantu pernapasan. Dan hatiku patah lagi..

Mari Menanam

Gambar
Jadi semenjak melakukan Ketofastosis awal 2017 lalu, almarhum sangat menyukai tanaman hijau... Katanya karena masih induksi dan masih menghindari makanan nabati, maka gantinya adalah menanam tanaman hijau.  Waktu itu suka sekali, pohon-pohon yang nantinya akan besar dan hanya terdiri dari dedaunan saja. Entahlah, aku lupa nama pohonnya, yang aku ingat hanya Lohansung, yang memang..kalau sudah tumbuh besar akan terlihat cantik.  Daaaan harganya memang mahaaal, sampai puluhan juta rupiah.  Ada beberapa Lohansung yang kami tanam di pot.  Tapi ya karena kami menanam di rumah Ciledug, sedangkan sehari-hari kami tinggal di Matraman, satu per satu Lohansung itu tidak bertahan.   Sampai akhirnya beliau meninggalkan kami, sebenarnya masih ada satu Lohansung yang bertahan, tapi pada saat itu, kami malah lebih jarang lagi balik ke Cildedug.  Tanaman yang masih bertahan adalah tanaman yang tahan banting, tetap aku tidak tau namanya. Sampai akhirnya kami tinggal di Kampung Dukuh, saat pindahan ada

Home Sweet Home

Dari pertama menikah dulu, kami berdua sudah keliling Jakarta untuk nyari lokasi buat kami jadikan tempat tinggal, terutama setelah pasti kami berdua bakal tinggal di Jakarta terus karena kantor kami gaada vertikalnya.  Lokasi yang seriiing kali kami kunjungi berulang-ulang adalah Rawamangun dan daerah sekitaran Kampung Rambutan.  Sampai akhirnya tahun 2013 kami berdua sepakat untuk memilih satu lokasi di daerah Kampung Dukuh Kramat Jati.  Suasananya masih asli, dengan jalanan yang kecil dan berkelok-kelok gaada polanya.  Waktu kami berkunjung untuk survei, ga pernah hapal jalur-jalur disitu..bahkan berbulan-bulan setelah tinggal disana, juga hanya jalur-jalur pokok saja yang sudah hapal.  Kalau salah belok dikit aja, harus langsung liat map google. Tahun 2013 itu, kami hanya mampu untuk melunasi kavlingnya saja, itupun dengan beberapa kali cicilan.  Kapan mau membangun rumahnya? Entahlaah...nunggu rezeki 2010 itu. Maka ketika akhir 2018 sudah ada kepastian dan awal Januari 2019, dana