Hari Pertama Puasa, Kok Malah BT

Rupanya aku tidak bisa ikut mengawali bulan Ramadhan ini. Biasaaa....urusan perempuan. Tapi tetep, sebagai perempuan paling tua di rumah, maka aku yang kebagian menyiapkan sahur pertama (tentu saja dengan bantuan asisten ). Adikku bangun ketika makanan sudah hampir siap. Sepagian perasaanku baik-baik saja, hanya terasa mengantuk dan akhirnya tidur sepanjang perjalanan berangkat.

Pukul 09.30 aku sudah janjian dengan adikku untuk ketemu langsung di RSAB Harapan Kita, periksa lanjutan untuk Wisam. Naaah keBTanku dimulai dari sini, ternyata dr. Edy Widodo yang minggu lalu meriksa Wisam, benar-benar dokter senior yang suka ngecilin pertanyaan pasiennya. Aku sudah berusaha ga peduli dengan cara dia menjawab dengan terus menerus bertanya apa yang ingin kuketahui. Dan payahnya dia pun terus menerus menjawab dengan sekenanya sehingga aku nyerah duluan. Aaaarghh...dokter senior emang begitu..dan kulihat titelnya udah Doktor..mungkin ahli di bidang paru dan pernapasan...makanya ga komunikatif blas...

Pulang dari RSAB aku ingin langsung pergi ke Pasar Baru untuk beli vitamin dan obat2an, tapi jawaban sms dari suamiku bener-bener bikin tambah BT. Biasa...masalah klasik...DUIT..!! Akhirnya kubatalkan ke Pasar Baru dan langsung kembali ke kantor.

Sorenya, sekitar 14.30 aku sudah niatin untuk pergi ke Pasar baru dan keluar mo naik ojek (kendaraan andalanku, cepet dan bebas macet tapi helmnya bau banget..)..eee.. tiba-tiba suami nelpon ngajak bareng. Kupikir mo nganterin ke Pasar Baru tapi ternyata dia minta di antar ke Pramita Lab dengan janji sepulangn dari sana maka langsung ke tujuanku. Ternyata proses cek up nya cukup lama sehingga suami minta absen dulu terus jemput anak-anak baru ke Pasar Baru.

Akhirnya karena pas jemput anak-anak sudah pukul 17.00 maka aku putuskan untuk tidak jadi beli obat. Rasanya jengkel banget bahwa aku sama sekali ga ngapa-ngapain ketika di Pramita. Daripada gitu kan mending aku pergi sendiri ke tujuanku. Jadi ga harus runtang runtung tapi berbagi pekerjaan. Dan karena rasa jengkelku itu maka aku balik ke kantor dan kubiarkan anak-anak dan suami menunggu di mobil sampai 17.30. Aku merasa egois banget tapi perasaanku masih belum netral. Rasa BT yang terpupuk dari pagi (sebenarnya dari hari sabtu sih..) sampai sore membuat energi negatif mengumpul di tubuhku. Aku jadi gampang naik ketika anak-anak rewel dan kuputuskan lebih baik diam saja selama perjalanan.

Sampai di rumah, aku langsung masuk kamar berusaha menetralkan diri, suamiku sempat masuk dan nanya, maka kujawab aku ingin sendiri dan minta dia keluar. Setelah benar-benar sendiri, maka keBTanku kutumpahkan dengan menangis diam-diam. Setelah semua airmata tercurah, perasaanku menjadi lebih lega. Menangis memang obat stress yang paling manjur.

Selanjutnya rutinitas kembali lagi kujalani dengan netral...
Untuk sumber BT ku kemarin, sampai saat ini belum kudiskusikan dengan suamiku...Kapan ya..?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Medeking

Seri Rumah Kecil - Laura Ingalls Wilder

Coba Atur Blog