Duka Temanku..

Kemaren sore aku dapat khabar menyedihkan dari sahabatku...Teman kuliahku di UI dulu, putra sulungnya meninggal...uuugh...rasanya sesek banget di dada ini denger berita itu.. Anaknya itu sepantaran dengan anak keduaku.. Status di fesbuknya seperti ini : "Selamat jalan puteraku tercinta. Doa kami selalu menyertaimu" Duh..gimana ga miris bacanya...

Dan dari sahabatku itu aku tau bahwa sakitnya ga parah...radang tenggorokan... tapi ternyata lendirnya sudah teramat banyak dan memenuhi paru-parunya.. OMG... pikiranku langsung tertuju pada anak ketigaku... yang selama ini berkutat mengalami batuk pilek yang ga sembuh-sembuh.. yang bunyi dadanya selalu grok-grok terhalang lendir... yang jika sudah teramat parah bisa muntah lendir 3 kali dalam semalam.. yang hampir tiap hari kami uapi agar lendir itu tidak menghalangi jalan nafasnya..

Sudah beragam cara kami lakukan agar batuk pilek itu berhenti mengganggunya.. agar energi yang dia dapat bisa digunakan untuk tumbuh kembangnya bukan cuma untuk melawan penyakitnya.. Dan akhir-akhir ini kami memutuskan untuk tidak selalu ke dokter tiap kali dia batuk, karena kami tidak ingin dia selalu terpapar antibiotik setiap saat. Kami hanya ke dokter jika dua hari berturut-turut dia muntah lebih dari 3 kali tiap malamnya karena batuknya itu.. Jika hanya grok-grok dan batuk biasa maka kami hanya menguapinya agar lendir itu lebih gampang keluar dan membalur seluruh punggung, dada dan lehernya dengan transpulmin agar dia merasa hangat dan ringan.

Tapi demi mendengar khabar tentang putra sulung temanku itu... kami jadi berpikir ulang tentang keputusan kami untuk mengurangi frekuensi ke dokter.. Benarkah keputusan kami itu? Apakah karena kami tidak ingin Wisam terpapar terlalu banyak dengan antibiotik maka kami jadi terkesan menyepelekan batuknya itu? Bagaimana jika ternyata lendir itu sudah terlalu banyak dan semuanya menjadi terlalu terlambat bagi kami?

Aku tau, Allah ga akan memberi cobaan yang lebih dari apa yang bisa ditanggung hamba-Nya. Dan Allah juga mewajibkan hamba-Nya untuk selalu berusaha semaksimal mungkin.. maka keputusan kami untuk mengurangi kunjungan ke dokter apa berarti tidak berusaha maksimal? Lalu bagaimana dengan paparan antibiotik itu?..

Rasanya kami harus mereview ulang semua keputusan kami tentang Wisam... Harus lebih banyak lagi pertimbangan dan informasi agar usaha kami tetap maksimal..

Untuk temanku itu...aku ingin mengutip ucapan yang diberikan guru-guru Istiqlal ketika ada salah satu muridnya yang juga telah dipanggil Allah... (dan kutipan itu sukses membuatku menitikkan air mata..)

"Selamat bertemu dengan Allah dan Nabi Muhammad di surga..."

Komentar

  1. HHmmm ...
    Postingan ini mengingatkan kepada kita semua ...
    Jangan pernah menganggap enteng penyakit yang kita derita ...

    Salam saya Ibu ...

    BalasHapus
  2. assalamu alaikum...
    duh...,anak pertamaku dan suamiku juga menderita asama, kadang cuma pilek biasa malah kena serangan asma pada malam hari, sekarang anaku terapi obat yang namanya intifen, katanya dengan pemakaian yang teratur bisa sembuh total.

    BalasHapus
  3. Mba saya mau tanya kalau habis pill terakhir, selama 7hari kedepan (sebelum menstruasi) berhubungan masih aman tidak kalau tidak melanjutkan konsumsi pill di hari ke-8? Trims mba.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Medeking

Seri Rumah Kecil - Laura Ingalls Wilder

Coba Atur Blog