Saat Tanggung Jawabku Ternyata Gagal

Saat ini dua adikku terkecil tinggal bersamaku, yang perempuan ingin menjadi guru dan sudah pasti dengan pilihannya itu, yang laki-laki pokoknya pingin sekolah setelah 3 tahun lulus SMA hanya nyambi sana sini dan bermusik saja..

Lalu adik laki-lakiku ingin sekolah dan menolak kalau hanya kursus saja. Untuk itu aku menetapkan syarat bahwa jika ia ingin terus sekolah maka minimum IPnya harus 2,75. Menurutku jaman sekarang ini kalau sekedar lulus kuliah saja ga cukup, mesti ditunjang dengan nilai yang bagus agar bisa bersaing. Maka setelah satu semester, nilainya ga mencukupi syaratku itu, tapi adikku ingin diberi satu kesempatan lagi...Dan kupikir, melihat kesungguhannya, maka aku pun setuju untuk memberinya satu kesempatan lagi.

Adikku ini ga bisa mengikuti irama dalam rumah tanggaku, artinya dia ga bisa memahami demanding-nya suamiku dan suamiku ga bisa mengerti kenapa adikku lambat sekali menyesuaikan diri. Maka semester 2 itu adikku tinggal di kampusnya dan hanya sesekali pulang ke rumah. Aku merasa sedikit lega karena tidak lagi harus berada di posisi tengah antara adikku dan suamiku...(duh..rasanya waktu itu berat sekali...). Dan hasilnya semester 2 itu adikku bisa melewati batasan IP itu walau ada dua mata kuliah yang perlu ngulang (dengan semester pendek-SP).

Maka lanjutlah ia di semester 3 ini, dan seperti biasa di bulan Oktober-Desember, suamiku harus pulang malam dan kuminta adikku untuk menemani kami pulang selama bulan-bulan itu. Kupikir ga akan ada masalah di kuliahnya lagi..karena aku selalu mengingatkan bahwa dunia kuliah bukan lagi seperti saat SMA yang hanya dapat dari apa yang guru berikan...tanpa belajar sendiri semua akan baik-baik saja. Dia selalu jawab agar aku jangan kuatir karena dia tau apa yang menjadi tanggung jawabnya.

Lalu suatu sore di awal Februari kemaren, setelah adikku bilang bahwa dia perlu dua SP lagi karena nilainya ga cukup, tiba-tiba dia bilang bahwa nilainya ga akan memenuhi batasanku lagi. Dan aku menanggapinya dengan nada tinggi...setelah kemaren dia minta SP..masih juga ga mencukupi? Adikku menyalahkan kondisi bahwa dia ga fulltime tinggal di sekolah lagi yang membuat nilainya jadi begitu dan dia memutuskan untuk menerima konsekuensi karena ga memenuhi batasanku. Jawaban itu semakin membuatku semakin marah dan daripada kata-kataku semakin pedas, maka aku berhenti membahasa masalah itu.

Duh..adikku itu..apa dia ga mikir bahwa setelah 3 semester dengan semua biaya yang sudah kukeluarkan...akan sangat-sangat sayang jika dia memutuskan berhenti begitu saja. Aku menunggu-nunggu untuk bisa diskusi lagi dengan adikku dan karena kesibukanku dan mungkin adikku terlalu takut untuk memulai maka masalah inipun menggantung begitu saja.

Sampai sabtu kemaren, adik perempuanku bilang kalau mungkin kakaknya akan positif pulang kampung..lalu aku sms dia agar bisa bicara sesegera mungkin. dan siang tadi akhirnya kami bicara...

Dan inti pembicaraannya adalah..ya..dia kan berhenti kuliah dan keputusan ini sudah final karena dia sudah hampir 2 bulan ini ga masuk kuliah. lalu kemana dia selama ini, karena pulangpun tidak...ke kampus terus...bahkan sabtu minggu..(dia bilang dia harus jadi ketua pelaksana untuk kegiatan kampus..makanya pr dia hanya ini..dan jika sudah beres, dia akan segera pulang kampung)

Rasanya aku ingin menangis..(bahkan sudah sempat menetes dengan sukses..)...kenapa pikirannya sependek ini..? apa dia ga mikir bahwa aku sudah berusaha keras 3 semester ini mencukupi semuanya...dia bilang dia ingin konsisten dengan kesepakatan awal...dan dia sudah punya rencana setelah ini...gabung kerja dengan temannya di Bali...

Apa yang harus kulakukan...atau apa yang harus tidak kulakukan..? Kupikir dia sudah cukup dewasa untuk menentukan pilihannya sendiri...aku ga bisa menyetir dia dengan alasan bahwa sudah tanggung..aku sudah membiayai sebanyak ini..jangan berhenti begitu saja. Lagipula dia memastikan bahwa dia ga sanggup mengikuti sisa pelajaran yang ada...otaknya ga mampu...itu akunya...

Maka aku hanya bisa meneteskan air mata...menangisi perasaan gagalku sendiri...aku ga bisa memotivasi dia untuk lebih semangat lagi...aku ga bisa menyamakan adikku ini dengan yang perempuan...kalau yang perempuan bisa kenapa dia tidak bisa?...sekali lagi..setiap individu itu beda..dan inilah yang terbaik yang adikku bisa lakukan...

Sekarang tinggal PRku untuk bilang ke suamiku tentang perkembangan ini...dan aku harus siap mendengar kalimat..."apa kubilang..."

Komentar

  1. Hmmm ...
    saya tidak bisa berkomentar apa-apa ...
    hanya satu hal saja ...
    semoga adik kamu menemukan apa yang dia mau ...

    Salam saya

    BalasHapus
  2. Manusia memiliki kehendak bebas. Namun juga memiliki hati, pikiran dan intuisi. Jika memang sudah dipikirkan dengan masak-masak, Saya kira kita sebaiknya memberikan pilihan itu pada subyeknya..Salam..:)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Medeking

Seri Rumah Kecil - Laura Ingalls Wilder

Coba Atur Blog