Parenting Class : Follower

Temuan selanjutnya adalah Follower

Temuan 4 : Follower dengan Teman/Ketergantungan

Karakteristik ini termasuk temuan yang negatif, karena terkait dengan KETERGANTUNGAN artinya dia sangat tergantung dengan orang lain untuk merasa nyaman terhadap sesuatu. Penyebabnya bisa jadi :
  • Pengalaman masa lalu semasa bayi yang kurang membangun hubungan perpisahan yang baik
  • karekteristik perkembangan sosial anak usia 3 tahun yaitu anak tergantung pada pengalaman sebelumnya dengan teman sebaya, sampai ia merasa nyaman dengan anak-anak lainnya

Maksudnya gini fase umur 0-3 tahun adalah masa kita sebagai orang tua seharusnya mengenalkan perpisahan dengan benar. Jika orangtua akan berangkat kerja atau pokoknya mau berpisah sementara, selalu lakukan dengan benar, pamit dengan baik-baik, peluk cium dengan hangat dan yakinkan si anak bahwa walaupun orang tua sedang pergi, dia akan aman bersama dengan orang yang di rumah (entah pengasuh, nenek, saudara...). Jika si anak menangis, tenangkan saja dan yakinkan bahwa kita akan kembali nantinya. Jangan sekali-kali mengelabuhi anak setiap akan pergi dengan alasan agar dia tidak menangis..!! dengan begitu anak akan mempelajari bahwa orangtuanya bisa menghilang sewaktu-waktu dan dia akan merasa tidak yakin bahwa dia akan aman-aman saja selanjutnya.

Jika kita melakukan perpisahan dengan baik, walaupun pada saat itu dia menangis tapi dia jadi tau bahwa orangtuanya akan kembali lagi dan dia akan aman bersama orang rumah. Hubungan pemisahan yang baik ini harus dilakukan pada waktu umur 0-3 tahun jadi selanjutnya dia akan belajar walaupun nanti dia di lingkungan yang baru, dia akan baik-baik saja

untuk poin kedua tentang karakteristik pengalaman sebelumnya dengan teman sebaya...ada satu cerita tentang anak yang tanpa sengaja terkunci di ruang khusus oleh temannya dan baru ditemukan pengasuhnya setelah sore hari waktunya mandi...(pokoknya cukup lama dan si anak sudah berusaha teriak, menangis dan sebagainya). Akhirnya mulai saat itu, si anak jadi menjaga jarak dengan teman-teman sebayanya dan lebih menyukai bergaul dengan orang tua.

Akibat dari dua penyebab itu adalah....anak menjadi tipe pengamat dan hanya mengikuti saja apa yang teman-temannya lakukan....ga ada inisiatif atau ga mau gabung sama sekali dengan temannya (seperti yang kuceritakan sebelumnya...ada anak yang hanya jadi pengamat saja sampai acara selesai)

Teteeeep....ada solusi untuk hal-hal seperti itu...karena anak memang masih bisa belajar banyak hal asal kita bisa mengarahkannya dengan baik (ini solusi hasil penelitian Bu Guru ya...bukan hasilku sendiri...hihihihi).
  • Berikan pengalaman yang berhubungan dengan perpisahan : dengan salaman hangat, kecupan sebelum tidur, menerima ketakutan, kesedihan atau kemarahan bila muncul pada anak-anak kita.
  • Beri kesempatan anak mendapatkan pengalaman sosial yang beragam dengan berbagai teman di sekolah dan di rumah baik dari segi usia, lebih kecil, lebih besar, anak aktif, anak pendiam, anak agresif...jadi dia belajar bahwa banyak karakter orang yang harus dihadapi. Caranya bisa dengan diajak main ke tetangga..atau jika menolak minta dia untuk menemani kita arisan RT..atau main ke rumah sebelah...dan biarkan dia melihat bagaimana cara kita bergaul dengan orang lain. Bisa juga dengan bermain di tempat umum (yang pasti pesertanya sangat-sangat beragam) dan jika bertemu dengan anak lain yang cukup agresif jangan diminta untuk menghindar...tapi dihadapi saja dengan memberi pengertian bahwa mungkin si anak lain itu belum tau peraturan...dsb...
  • Dukung setiap keberhasilan yang mereka alami saat berteman dengan reward, misalnya : 'Hari ini ibu bangga sekali dengan kamu karena mau bermain dengan tetangga'

Untuk Javas sendiri...aku pikir dia lebih ke imitasi daripada follower apalagi yang sampai ke tahap ketergantungan karena seringkali dia bisa menentukan sendiri apa yang dia inginkan. Waktu Bu Guru coba memasukkan tamiya ke dalam tema bulan ini...hanya Javas yang bisa mengikuti alur Bu Guru dengan akhirnya menggambar tamiya besar yang bisa di bawa untuk mengantar ke sekolah (jadi dia menggambar tamiya besar di depan masjid sekolahku...).

Dari mereka bayi aku memang selalu melakukan perpisahan dengan baik-baik (pelum cium itu sudah pasti) sehingga ga ada lagi namanya uraian air mata setiap kali aku pamit pergi. Mereka juga biasa bermain dengan tetangga yang karakteristiknya beragam.

Masalah Javas lebih kepada kontrol emosi yang kurang ketika dia merasa terganggu..jadi diskusiku dengan Javas ketika dia sudah mulai mencakar dirinya sendiri atau memukul ketika keasyikannya terganggu adalah...."bicarakan pakai bahasa...memakai fisik hanya akan membuat orang lain sakit..jika orang lain sakit mereka akan menghindari berteman denganmu"

Mengenai reward, menurutku itu juga sangat penting....ingat selalu agar memberi reward sebelum memberi peringatan terhadap perilaku yang ingin kita perbaiki...misalnya ada ibu yang cerita bahwa anaknya seringkali terlambat karena ingin harus sholat dulu pas sesaat sebelum berangkat..maka si Ibu cerita ke anaknya saat selesai parenting class..."kata bu guru kamu hebat...kamu udah pinter..suka beramal....tapi karena datangnya seringkali telat maka jadi ga bisa ikut maen lama-lama deh..."..hasilnya besok paginya...bangun tanpa disuruh..langsung sholat subuh dan ga terlambat lagi deh... Itulah kekuatan pujian....

So...ibu-ibu...bapak-bapak...jangan pelit untuk memberi pujian terhadap semua hal yang dilakukan anak kita....

Komentar

  1. What's up ?
    wah saya ketinggalan banyak postingan nih

    Sik-sik ...
    aku baca postingan sebelumnya ya

    Salam saya Bu Dew

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Medeking

Seri Rumah Kecil - Laura Ingalls Wilder

Coba Atur Blog