Little Woman

Minggu lalu Gramedia Grand Indonesia diskon 30% lagi…bahkan 35% untuk pemakai BNI. Susah sekali mencari waktu yang pas agar bisa memilih buku dengan leluasa, karena seperti biasa..penduduk Jakarta akan kalap kalau Gramedia diskon 30% begini. Ini bikin aku bingung, sebenarnya…penduduk Jakarta ini sebegitu sukanya membaca…atau sebegitu maniaknya ama diskon? Beberapa bulan lalu ada midnight sale di Puri Indah Mall, dan karena lokasinya yang dekat tempat tinggalku, aku pun ikutan datang….ternyata…semua orang juga berpikir demikian, sampai jalan-jalan di sekitar mall itu penuh dengan 2 lajur parkiran mobil… Malam itu, aku akhirnya ga beli apa-apa karena duluan pusing ngeliat sebegitu banyaknya orang yang ngantri di kasir. Kesimpulanku siy, orang Jakarta lebih menyukai diskonnya daripada baca bukunya…(hehehe..kesimpulan yang maksa….padahal kan mungkin saja, semua orang suka membaca dan memanfaatkan diskonan ini..)

Seharusnya, sebelum berangkat ke Gramedia, sudah harus punya list buku-buku apa saja yang akan dibeli, mengingat betapa ramainya situasi Gramed. Tapi tetep saja, walau list sudah ada di tangan, aku tetap saja kerepotan mencari buku di daftarku itu (sekali lagi, karena banyaknya orang itu) dan akhirnya menyambar buku apapun yang ada disitu dan terlihat menarik. Salah satunya adalah ‘Little Woman’, buku klasik karya Loisa May Alcott tahun 1868. Sudah pernah dengar tentang filmnya walau belum pernah nonton dan ternyata sudah ada 14 film yang mengadaptasi novel ini.

Buku ini memang benar-benar menyenangkan, baik dari segi ceritanya maupun cara bertuturnya. Dan sempat membuatku minder (dan bertekat untuk menjadi lebih baik) karena tokoh ibu dalam buku ini digambarkan dengan luar biasa manis dan sangat disayangi oleh 4 anak perempuannya…bahkan ada satu adegan yang digambarkan dengan sangat menarik sehingga membuatku ingin menangis…. Dan yang paling kusuka adalah kata-kata yang dipakai terasa pas dan tidak berlebihan.

Aku paling tidak bisa membaca deskripsi yang terlalu detil dalam menggambarkan lokasi suatu kejadian, menurutku jadi bertele-tele dan kehilangan maknanya. Jika ada bagian seperti itu, bisa dipastikan akan aku lewati tanpa membacanya sama sekali (kata temanku justru itulah keasyikan membaca...membayangkan apa yang dideskripsikan pengarangnya...walau sekali lagi...aku bilang berlebihan...). Nah..di buku Little Woman ini semua digambarkan seperlunya tapi tetap dapat memberikan gambaran tentang apa yang terjadi.

Tentang tokoh Ibu...dari awal digambarkan sebagai sosok yang tenang dan begitu dibangga-banggakan anaknya..tapi ternyata untuk menjadi seperti itu, perlu perjuangan ekstra keras seumur hidupnya karena sifat awal sang Ibu yang mudah marah dan meledak-ledak dan cenderung menyakiti dengan kata-katanya.... walau tidak pernah digambarkan satu kalipun sang Ibu sedang kehilangan kontrol emosi, ada satu kejadian ketika dia menasehati anak keduanya dan menceritakan perjuangan dirinya untuk menjadi orang yang lebih baik. Nah, ada satu paragraf yang bisa jadi peganganku untuk jadi ibu yang baik seperti tokoh Ibu itu....
”Ibu harus mencoba melatih semua kebaikan yang Ibu inginkan untuk dimiliki anak-anak Ibu, sebab Ibu adalah contoh bagi mereka. Lebih mudah bagi Ibu untuk mencoba demi kamu daripada demi Ibu sendiri; tatapan kaget atau heran dari salah seorang di antara kalian ketika Ibu berkata kasar lebih mengingatkan Ibu, daripada kata-kata apapun; dan kasih sayang, rasa hormat, dan kepercayaan dari anak-anak Ibu merupakan hadiah paling indah yang akan Ibu terima atas usaha Ibu untuk menjadi wanita yang Ibu inginkan untuk mereka jadi kan teladan..”

Sungguh...aku belum lagi menamatkan buku ini...tapi kepalaku sungguh pusing menahan air mata karena begitu tersentuh dengan ceritanya....


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Medeking

Seri Rumah Kecil - Laura Ingalls Wilder

Coba Atur Blog