Dua Anak Cukup.......bonusnya satu saja...

Sejak balik mudik kemarin, anak kami jadi dua saja. Wisam tinggal di Banyuwangi, jadi kesayangan disana. Bapakku tiap pagi nganterin Wisam ke playgroup...nungguin disana sampai waktu pulang. Lanjut ke mesjid untuk sholat dhuhur.

Tidur siangnya Wisam, menunggu adikku pulang dari ngajar. Walau di TK yang sama, Wisam tidak berangkat bersama tantenya karena adikku harus berangkat lebih pagi dan pulang lebih siang. Intinya, berdasar cerita Bapak Ibu dan adikku serta hasil telpon-telponan sama Wisam, sepertinya dia lebih terawat disana daripada di rumah saja bersama pengasuhnya.

Lalu bagaimana dengan kami sendiri disini?.... Hohohoho....kami membuktikan bahwa slogan pemerintah bahwa 'dua anak cukup' itu banyak manfaatnya... Jadi kan selama ini Detya dan Javas jadwal sekolahnya disamakan dengan jadwal kerja kami. Berangkat sama paginya...pulang sama malamnya. Diantara pulang sekolah dan menunggu kami pulang kantor, mereka ada di penitipan. Wisam sendiri dirumah saja dengan pengasuh kami yang ga nginep. Nah, ketika masih ada Wisam nunggu di rumah, aku selalu saja merasa resah jika harus pulang malam..entah karena ada rapat konsinyering...atau cuma karena macet. Aku kasihan karena dia pasti menunggu kami pulang, ga akan tidur kalau kami belum pulang. Jadi pada dasarnya, kami hanya bisa bersenang-senang dengan Wisam hanya pas Sabtu Minggu saja.

Dengan Wisam ada di Banyuwangi gini, ya kami hanya fokus pada dua anak saja, jadi jika semalam apapun kami harus pulang atau ga pulang sama sekali...ga ada perasaan resah dihatiku. Aku tau dan yakin sekali bahwa Wisam disana baik-baik saja. Itu baru hilangnya keresahan hatiku jika terlambat pulang....belum lagi masalah emosi yang meningkat ketika melihat Javas dan Wisam berebutan mainan. Wisam sebagai yang paling kecil, seringkali menjadi penguasa. Jika ada mainan baru, dia akan menguasainya walau kami sudah bilang bahwa itu punya kakaknya.

Suamiku ga setuju kalau aku membelikan masing-masing anak, satu mainan. Suamiku ingin agar anak-anak mengenal tentang berbagi, jadi cukup beli satu saja untuk mereka mainkan bersama. Nah, Wisam itu selalu menguasai semua mainan baru. Jangankan yang beli satu buat main bersama...dibeliin masing-masing satu saja selalu dikuasai dulu oleh Wisam. Javas biasanya bisa bersabar sebentar, dia asik-asik saja ketika Wisam jadi penguasa seperti itu. Tapi kan tidak selamanya dia bisa bersabar. sepuluh menit sampai setengah jam pertama dia bisa diam saja...setelah itu perang baratayuda dimulai karena Javas sendiri juga ingin bermain. Nah kalau sudah begitu, mulutku ini rasanya ga berhenti-henti mengingatkan Javas untuk bersabar dan Wisam untuk berbagi. Kalau kebanyakan ngomong gitu tapi suasananya masih tetep panas akhirnya..ya aku jadi ikutan esmosi... Jadi selama Wisam ga ada.....berbalas pantun antara Javas dan Wisam...Aku dan Javas..serta Aku dan Wisam juga ga ada......emosi jiwa juga jadi stabil....

Belum lagi ketika beraktifitas di rumah, karena hanya menemani dua anak saja maka kami ya hanya fokus dengan dua nak itu..tidak berbagi perhatian dengan tiga anak. OK aku memang sudah terbiasa dengan multitasking..tapi semakin sedikit multitasking yang dilakukan..beban di otak ini juga semakin ringan. Dan karena anak-anak ini sudah besar semua maka..bantuan kami juga tidak terlalu detil seperti jika harus menemani anak 3.5 tahun bermain. Akibat akhirnya...aku bisa sejenak menikmati istirahat...atau fokus nyetrika pakaian yang segunung...heheheh...*ternyata cepat selesai juga kalau kita fokus, padahal aku sudah agak-agak mabok ngeliat banyaknya setrikaan*

Jadi jika hati sudah tenang karena ga resah lagi, emosi jiwa sudah stabil karena ga pernah berbalas pantun....otak juga fokus karena jarang multitasking.....efek keseluruhan adalah suasana yang nyaman diantara kami berempat.

OK...kami semua merindukan Wisam..itu ga perlu dipertanyakan lagi...memang jadi terasa sepi karena bisanya selalu hiruk pikuk....tapi poinku adalah keluarga berencana dengan slogan dua anak cukup itu memang ada benarnya. Bukan hanya berarti mengatur masalah kependudukan saja..iya..bagi Pemerintah memang penanganan masalah kependudukan...tapi manfaat untuk keluarga itu sendiri juga banyak...Keluarga yang berkualitas itu hanya bisa didapat kalau semua orang di keluarga itu merasa nyaman.

Nah kesanggupan untuk nyaman bagi setiap orang itu kan berbeda-beda. Ada yang bisa nyaman justru jika berada dalam keluarga besar. Bagiku sendiri...dan selama beberapa minggu ini hanya dengan dua anak...aku ternyata bisa merasa lebih nyaman..walau sangat merasa sepi tanpa Wisam. Dan aku yakin tidak hanya aku saja yang merasa nyaman dengan anak yang secukupnya seperti slogan Pemerintah itu..


Jadi bagiku...aku setuju dengan program kependudukan Pemerintah yang itu tapi dengan sloganku sendiri

"Dua Anak Cukup.....bonusnya satu saja..."



Komentar

  1. hehehehe...

    banyak anak banyak rejeki mbak...qiqiqiqi

    2 anak bonus satu...apa ya bisa jadi slogan KB ya?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Medeking

Seri Rumah Kecil - Laura Ingalls Wilder

Coba Atur Blog