Mencoba Adil

Sudah ga terbilang..teman-temanku mempertanyakan keputusan kami untuk meninggalkaan Wisam di Banyuwangi. Kok bisa sih? selalu itu yang ditanyakan.

Sudahlah..jangan ditanyakan lagi bagaimana perasaan kami ini. Ini si bungsu yang kita bicarakan...anak paling kecil..masih lucu-lucunya..masih banyak exploring sehingga ga ada yang ga lucu dari semua yang Wisam lakukan. Berat bagi kami sampai akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Wisam untuk sementara di Banyuwangi.

Kami sudah sering mengalami momen akhir tahun yang seperti ini, dengan suami yang selalu lembur bahkan menginap di kantor agar semua tanggung jawabnya terselesaikan. Dengan aku yang seringkali harus konsinyering bermalam-malam, maka bisa dipastikan akan berat bagiku untuk langsung pulang ke rumah. Tapi tahun lalu masih ada adikku sehingga aku bisa mengandalkan dia untuk mengurus Wisam di rumah.

Walaupun aku sudah usul agar Wisam juga bisa masuk kelompok bermain di Istiqlal sehingga aku tidak meninggalkan Wisam di rumah sendiri bersama pengasuh saja. Jadi bisa kubawa selalu kemanapun aku bertugas. Namun demi fisik Wisam jualah akhirnya aku tidak bisa egois memaksa Wisam mengikutiku kesana-kemari.

Nah dengan kondisi seperti itu dan juga karena ada adikku di Banyuwangi sana yang bisa kupercaya, maka kami memutuskan agar Wisam di banyuwangi sampai akhir tahun. Aku lebih mempercayai anakku diasuh adikku dengan resiko tidak bertemu Wisam sama sekali, dibandingkan harus meninggalkan Wisam di rumah saja bersama pengasuh dan hanya punya quality time di weekend saja.

OK itu latar belakang kami akhirnya ninggalin Wisam di Banyuwangi. Masalah selanjutnya adalah....Ibu Mertuaku juga menginginkan hal yang sama, bisa mengasuh Wisam seperti ibuku mengasuh Wisam di Banyuwangi. Beliau hanya melihat dari sisi bahwa Wisam ditinggal di Banyuwangi, bukan karena ada adikku disitu. Seandainya saja adikku tidak di Banyuwangi, ga akan kami rela meninggalkan Wisam. Toh dari dulu sekali permintaan mengasuh Wisam sudah ada, baik dari Ibuku maupun Mertuaku. Namun tidak sekalipun kami penuhi.

Nah, ketika minggu lalu aku ke Bali, sejatinya aku sangat ingin membawa Wisam kembali ke Jakarta. Namun setelah aku konfirmasikan ke kakak iparku, maka mau tidak mau kami harus merelakan Wisam untuk tinggal bersama Mertuaku sampai nanti kami jemput di akhir tahun.

Jadi jika lebaran lalu kami merelakan Wisam tinggal di Banyuwangi dengan alasan bahwa dia berada di tangan yang lebih baik daripada hanya dengan pengasuh...maka kali ini kami harus merelakan Wisam pindah ke Kediri dengan alasan...aku mencoba bersikap adil saja. Baik Ibuku ataupun Mertuaku dua-duanya butuh penghiburan dari cucu-cucunya. Bagi Ibuku anakku selalu jadi yang lebih utama daripada cucunya yang lain, walaupun aku sudah berulang kali mengingatkan beliau bahwa masih ada dua cucunya yang lebih dekat. Dan bagi mertuaku, anak suamiku adalah yang paling diinginkan karena suamiku sendiri adalah pengharapan utama bagi mertuaku. Jadi ketika Wisam sudah menghabiskan tiga bulan di Banyuwangi...apa salahnya jika aku menyenangkan Bapak dan Ibu Mertuaku untuk sebulan ke depan.

Dengan resiko..aku harus merelakan tidak ketemu Wisam dalam sebulan lagi...dan lagi..Wisam pun tidak keberatan harus tinggal dengan kakek neneknya yang lain lebih lama.

Dialog menjelang kepulangan Wisam ke Banyuwangi setelah menghabiskan waktu 3 hari denganku di Bali minggu lalu.
Bunda : "Wisam siap-siap yuk pulang ke Banyuwangi sama Tante"
Wisam : "Engga..aku mau ke Jakarta sama Bunda aja" ----> (rasanya hati ini seperti teriris)
Bunda : "Loh...kan Wisam mau ke Kediri dulu dijemput sama Mbah Tri dan Mbah Kung putih. Nanti Ayah yang jemput Wisam ke Kediri"
Wisam : "Oh iya ya...aku harus ke Kediri dulu nemenin Mbah Tri" ----> (semakin teriris-iris..kok anak sekecil ini sudah pengertian seperti itu)

Huwaaa...kalau Wisam saja bisa semengerti itu...aku pun harus ikhlas menunggu Wisam sebulan lagi...

Miss you a lot Wisam...

Komentar

  1. Saya bisa merasakan betapa sedihnya Bu Dewi
    Namun demikian kondisi mengharuskan Wisam untuk sementara tinggal di Banyuwangi atau Kediri.

    "Engga..aku mau ke Jakarta sama Bunda aja"

    Ah kalimat ini bu, tidak terbayangkan jika saya dalam posisi Ibu ...

    Salam saya

    BalasHapus
  2. Ga sabar menunggu momen akhir tahun ini usai...biar keadaan kembali normal

    Dan juga....sepertinya saya akan memutuskan untuk membawa Wisam ke kantor lagi...semoga fisiknya juga sekuat tekat saya..

    Terima kasih Bang Trainer

    BalasHapus
  3. maaf mbak Dew, bukan mo menambah rasa sedih, tapi jujur air mata aku nggenang baca percakapan sederhana di atas...

    semoga kelak Wisam tau bahwa bundanya sungguh berkorban dg kondisi ini, sama sekali bukan demi ego-nya (yg mungkin seperti prasangka orang banyak yg ga ngerti alasan sesungguhnya).

    terharu banget baca kalimat Wisam :') bertahan sampai waktunya ya mbak...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Medeking

Seri Rumah Kecil - Laura Ingalls Wilder

Coba Atur Blog