Investasi

Karena kerjaanku ngurus utang, aku sedikit banyak paham mengenai pengelolaan keuangan. Apalagi dalam rangka pengembangan pengetahuan, kantor sering menugaskan untuk training mengenai financial planning.

Hanya saja, semenjak jadi ortu tunggal, aku jadi parno untuk cari investasi yg ngasih return tinggi...Taulah jargon HIGH RISK HIGH RETURN...

Return tinggi tentu saja berarti risikonya juga tinggi.  Penghasilan bulanan sudah habis untuk kebutuhan sehari-hari, jadi sudah tidak ada tambahan dana untuk nggedein simpanan.

Jadinya, dengan simpanan dan hasil investasi yg dulu sudah ada pas masih berdua, aku sudah ga berani ngapa-ngapain lagi untuk ningkatin investasi.

Satu-satunya yang menurutku aman dan bebas risiko ya beli obligasi negara untuk investor perorangan.  Masalahnya, sebagai pegawai, kami ada kode etik untuk tidak boleh punya obligasi ritel ini.

Jadi mau ga mau, simpanan yang ada cuman ngendon di deposito/tabungan saja.  Tau sendiri laah..berapa return dari tabungan/deposito...

Nah, akhirnya nunggu-nunggu biar Sulung cepat punya KTP, jadi bisa beli SBN Ritel.  Kuponnya pasti lebih tinggi dari suku bunga deposito bank umum, tapi dijamin 100% oleh negara.

Alhamdulillah Sulung selesai urus KTP pas bulan Maret (walau sdh 17 pas Januari), jadi langsung daftar buat beli SBN Ritel yang saat itu ditawarkan.

Sebenernya sudah ngitung, yang buat SBN Ritel itu setara biaya kuliah total Sulung nanti, terus kupon bulanannya kalau bisa nutupi uang saku bulanan dia pas SMA di Kediri.  Tapi ternyata, kupon bulanannya masuk ke rekening yang lama, rekening dia sebelum 17 tahun. Padahal pas punya KTP itu, Sulung buka rekening baru lagi.

Jadi terpaksa, kupon SBN Ritel ngendon di rekening, aku pun tetap harus kirim uang saku bulanan.

Naaah..pas kami mulai masa penawaran ORI017, ada satu marketing online yang mengundang narasumber dari Investor Muda. Dan saran dia untuk pengelolaan kupon, biar bisa dapat return yang lebih tinggi adalah dengan menginvestasikan kupon bulanan itu ke produk reksadana yg menghasilkan return yg lebih tinggi.

Karena kupon SBN Ritel tadi, sudah kadung gabisa dipakai, maka langsung saja autodebet untuk beli reksadana. Bayanganku, uang itu nanti bisa dicairkan pas Sulung mulai kuliah, lumayan buat nambah-nambah beli komputer/laptop yg baik dan tahan untuk dia pakai selama kuliah.

Ikut seminar-seminar atau merhatiin orang-orang pintar ngelola investasi mereka, itu beneran bikin terinspirasi untuk nyobain.

Jadi ada beberapa hal yg bisa dilakukan dengan kupon bulanan yang diterima dari beli SBN Ritel. Tips ini aku kumpulkan dari beberapa saran dari financial planner:

  1. Ditabung biasa aja di rekening, tentu saja hasil yg didapat akan sama aja dengan kupon awal yang diberikan oleh SBN Ritel, atau malah berkurang sedikit-sedikit karena dipotong biaya administrasi rekening.  Tapi tetap, setaun lagi akan cukup buat beli laptop Sulung.
  2. Dibelikan reksa dana dengan return yang lebih baik, bisa reksadana saham, reksadana campuran, atau reksadana pendapatan tetap. Mau yang mana, ya balik lagi ke preferensi masing-masing untuk tingkat risikonya.  Tahun 2008, ketika krisis subprime mortgage, aku beli reksadana saham saat kondisi pasar sedang parah-parahnya.  Setaun kemudian, pas aku jual reksadanaku, aku dapat 2x lipat dibanding saat beli.  Nah, kondisi sekarang ini memang kita gatau apakah sudah dititik terbawah, tapi menurutku sudah cukup bawah, sehingga harapanku tahun depan sdh mulai rebound.  Jadi aku dapat untung dari investasiku sekarang.  lagipula, dengan beli bulanan sesuai cashflow kupon SBN Ritel, aku juga bisa menyebarkan tingkat risiko sesuai bulan berjalan. Jika prediksiku benar, setahun lagi uang yg terkumpul mestinya sudah bisa lebih dari kalau sekedar ditabung biasa, jadi Sulung bisa beli laptop yang lebih baik.
  3. Nabung saham. Pas ada acara seminar perekonomian di Kaltara (aku ikutan online tentu saja), ada narsum dari Bursa Efek Indonesia yang ngasih saran yang sangat masuk akal, belajarlah Nabung Saham.  Beli untuk jangka panjang, jangan jangka menengah apalagi jangka pendek karena pasti emosi akan menutupi nalar jika ikutan main saham gorengan.  Pilih saham-saham produk yang kita pakai sehari-hari. Biar krisis, biar hidup susah, tetap saja pas mandi pakai sabun, pakai odol, nyuci pakai deterjen.  Pilih saja saham-saham seperti itu, dijamin dalam jangka panjang akan menguntungkan.

Jadi walau aku sudah sangat takut mengelola tabungan keluarga, tetap saja, masih banyak jalan untuk bisa berkembang.

Jangan ragu untuk ikutan seminar-seminar pengelolaan keuangan, tapi tetap kritis untuk memilih mana produk yang cocok untuk pribadi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Medeking

Seri Rumah Kecil - Laura Ingalls Wilder

Coba Atur Blog