Menikmati Kopi

Duluuu itu, sukanya cuma minum kopi sasetan, yaa bangsa kapucino, kopi mix atau apalaah.  Sempat merasa mual setiap kali minum kopi sasetan sehingga pindah jadi minum coklat atau teh.  Segala macam teh dicoba, tentu saja pakai gula.

Tahun 2014 aku pindah kantor, dan teman samping ruanganku nyaranin aku untuk nyoba minum kopi hitam tanpa gula. Gausah kopi yang khusus, cukup kopi kapal api saja tapi tanpa gula. Agak lama ga berminat nyoba sama sekali. Sampai suatu ketika, yasudahlaah nyoba, dan ternyata tidak semenyeramkan yang aku bayangkan.  Lama-lama tahan sama kopi kapal api full kopi hitam.

Lalu sudah mulai merasa, kopi kapal api terasa hambar gaada kesannya sama sekali, lalu nyoba kopi lampung. Sejak itu favorit banget kopi lampung itu atau apapun kopi robusta yang lain, dan selalu kopi tubruk no sugar no cream.

Lalu awal 2017 mulai menjalankan ketofastosis, maka sengaja beli french press dan coffee maker yg pour over, karena di KF itu ada Bulletproof Coffee (BPC) yang resepnya seperti ini:
  • 1 gelas kopi hitam
  • 1 sdm butter
  • 2 sdm VCO
Campur dengan rata sampai akhirnya seperti kopi susu. Pengaduk ini aku sudah mencoba segala macam alat. Misalnya pengaduk susu untuk frother, tapi kurang rata, seringnya masih keliatan VCOnya. Beli sejenis tokebi yang murah meriah, naah ini hasilnya cukup bagus.  Tiap pagi selalu bikin 2 tumbler untuk berdua.

Pernah make juicer portabel di kantor. Namun apa yang terjadi? Botol/tumblernya meleleh ga kuat kena panas kopi.  Akhirnya tokebi wannabe taruh di kantor, di rumah beli alat sejenis dari Black and Decker.

Aku menyebut BPC ini Kopi Bangtan. Salah satu musisi favoritku adalah BTS (BangTan Soenyeondan) yang kalau diterjemahkan ke bahasa inggris jadi Bulletproof Boyscout. Jadinya ya aku sebut sebagai Kopi Bangtan.


Sekitar pertengahan 2018, mulai suka dengan manual brew, sampai ikutan kursus di dua tempat. Jadi belajar pakai alat untuk pour over yang V60 dan flat bottom (lupa namanya), pakai french press dan Syphon. Kursus kedua tentang menikmati kopi dari memilih biji kopi, memanggang, menggiling dan akhirnya manual brew.

Saat itu masih suka kopi robusta, jadi kopi yang ada citarasa asam, masih belum suka.  Jadi dari beberapa alat yang aku coba saat kursus, rasa yang pas dengan seleraku itu ketika menggunakan alat pour over yang flat bottom, rasa asamnya ringan, rasa pahitnya pas.  Cocok banget, jadi langsung cari alat yg murmer tapi sesuai.

Tapi ternyata akhir 2018 itu, aku eneg banget sama kopi rabusta yang cita rasanya pahit.  Sampai mual setiap minum kopi.  Akhirnya nyoba kopi arabika dan sejak saat ini sungguh menikmati rasa asam segar dari arabika.  Dan akupun beralih ke V60 karena citarasa asamnya muncul maksimal jika pakai alat ini.



Disamping itu, sempat juga belajar mengenai cold brew, jadi browsing di pasar online nyari alat yg murmer.  Pada dasarnya aku suka kopi yang panas, sehingga coldbrew ini jarang kepakai.  Akhir-akhir ini saja, demi si Sulung jadi rutin bikin coldbrew.

Lah, daripada beli di warkop putri duyung yang mahal itu, kan mending bikin sendiri dan menggalakkan kopi lokal.  Kalau aku rasa-rasakan warkop putri duyung itu, rasa kopinya gitu-gitu aja.  Cuman tambahan-tambahannya yang aneh-aneh, sehingga rasa kopi aslinya hilang ketutup sama susu, syrup whipcream dsb.  Lagipula, sebagai pelaku KF, tambahan-tambahammya itu kan ga guna buat aku. Kalaupun beli disitu, paling ya beli americano atau cold brew plus whipcream cair.  

Sekarang ini kedai kopi sudah banyak dengan harga yang normal-normal saja.  Pilihan jenis kopi lokalpun banyak, jadi mending kalau mau beli, ya di kedai lokalan saja.

Tapi teteeeep, kopi buatanku sendiri jauh lebih enak dan.... IRIT.
 

EDIT:
Aku sudah inget nama alat pour over pertamaku. Namanya Kalita, bentuknya begini:

Benarkah beda alat, akan beda rasanya? Iya benar, waktu aku kursus pertama itu, kami mencoba bikin dengan alat yang berbeda, namun biji kopi dan lainnya sama. Dan kami cicipi semua kopi yg kami buat waktu itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Medeking

Seri Rumah Kecil - Laura Ingalls Wilder

Coba Atur Blog