Menulis

Kalau baca tulisan yang menarik itu, selalu dalam hati berpikir:Bagaimanaaaa ya bisa menulis semenarik ini? Apakah memang harus ada bakat dulu menyusun kata?

Kalau cerita fiksi, sungguh aku yakin, imajinasiku sangat terbatas, jadi bisa dipastikan kalau aku gaakan bisa menulis fiksi. 

Tapi hasrat ingin menulis itu cukup besar, makanya dulu memulai menulis di blog ini. Paling tidak, walau tidak bisa menyusun cerita fiksi, bisa mencoba untuk menuangkan cerita sehari-hari secara lebih terstruktur dan orang lain mengerti apa yang ingin aku sampaikan.

Beberapa tahun terakhir ini membaca tulisan Dahlan Iskan, jurnalis pemilik Jawa Pos yang mantan Menteri BUMN.  Beliau itu kan jurnalis terkenal, jadi aku pengen tau gimana sih, cara jurnalis sharing cerita harian tp dengan bahasa yang mirip ngeblog gitu.  Aku perhatikan bahwa tulisan beliau sangat ringan, semudah mungkin menyampaikan fakta secara menarik.  Dan aku merasa, kalau saja menulis berita sama seperti sharing cerita sehari-hari tentu memudahkan bagi pemula seperti aku gini.

Jadi selain ingin mengeluarkan apa yang berkecamuk di kepalaku ini, sekaligus juga belajar menulis ala-ala Pak Dahlan Iskan.

Tapi ya jadinya gini-gini aja, dan gaada yang ngasih input apakah apa yang sudah kutuliskan ini cukup terstruktur, menarik dan informatif.  Pada akhirnya yang kutulis hanya bersifat curhat saja.

Di lain pihak, untuk urusan pekerjaan, harusnya ada banyak tulisan ringan yang bisa menjelaskan dengan baik apa yang sudah kami kerjakan.  Jadi lebih banyak orang yang mengerti dan akhirnya memahami bahwa Negara itu perlu berutang agar bisa berkembang.

Salah satu tugas tahunanku adalah menyusun strategi pemasaran, tahun lalu aku hanya menulis ulang apa yang biasa kami lakukan.  Nah tahun ini aku ingin benar-benar memahami ilmunya (strategi pemasaran) dan menterjemahkan menjadi apa yang bisa kami lakukan untuk memperbaiki bagaimana kami bisa memasarkan atau mensosialisasikan apa yang kami kerjakan sehingga semakin banyak yang ngerti dan akhirnya mungkin mau berinvestasi di produk kami.

Salah satu usulanku nanti adalah memasarkan produk kami melalui tulisan. Bisa melalui opini atau tulisan di media, bikin blog khusus tentang produk-produk kami.  Blog ini bisa blog terbuka atau satu kolom khusus di website kami, penulisan berita untuk semua kegiatan kami yang bersifat terbuka, misalnya launching, penerbitan produk, sosialisasi atau kegiatan pemasaran yang juga mengundang pihak luar, atau akhir-akhir ini Direkturku memberikan catatan khusus yang ditambahkan ketika kami menyampaikan siaran pers.  Catatan ini sering dikutip para media, sehingga bisa memberikan nilai tambah dari siaran pers yang bentuknya sudah baku.

Tentu saja, ini bukan aku sendiri yang akan menuliskannya, namun siapa saja yang memang bisa menulis atau mau menuliskannya.  Ini nanti benar-benar akan aku masukkan di strategi pemasaranku.  Perkara bisa dilaksanakan atau engga (karena sangat tergantung siapa yg mau nulis), itu lain lagi.

Nah, semalam itu, Pak Bossku sharing bahwa ada para analis di unit lain yang bikin buku untuk mendokumentasikan apa-apa saja yang dilakukan Pemerintah untuk menangani pandemi Covid 19.  Sambil share berita itu, beliau menantang kami untuk mengabadikan apa-apa yang sudah kami lakukan selama pandemi ini dan menjadi salah satu sumbangan kami untuk membantu Pemerintah nangani pembiayaan untuk Covid 19 ini.

Tak satupun dari kami yang mau menjawab tantangan Pak Bosku ini. 

Aku sempat mengusulkan, di grup kami sendiri, untuk menjadikan satu pekerjaan yang sdh kita selesaikan laporannya menjadi salah satu topik untuk bisa dimasukkan ke dokumentasi kerjaan kami. Paling engga, dasar kerangkanya sudah ada. Tinggal nanti diperkaya sehingga menjadi lebih layak.

Tau ga reaksi salah satu rekanku, yang  tusinya terkait pelayanan informasi, langsung saja menolak dengan alasan, bahwa menulis buku itu tidak hanya 'tinggal ambil' dari laporan yang sudah kita kerjakan.

Aku malas menanggapinya karena dari jawabannya itu sudah kerasa penolakannya. Ngapain aku susah susah mempertahankan argumenku jika dia saja yang tugasnya memberikan informasi, tidak berminat menuliskan informasi tersebut.

Dari sini aku jadi ragu, apakah salah satu usulanku untuk menjadikan media sebagai salah satu strategi pemasaran bisa sukses apa engga di tahun depan.

Gapapa lah, kalau gaada yg mau nulis, aku akan coba bikin sendiri dari yang paling ringan saja, misalnya Berita saat kami melakukan launching.  Intinya ini akan jadi resolusiku juga untuk semakin serius belajar menulis.  Bukan cuma curhat seperti di blog ini tapi yang lebih serius dan bersifat terbuka.

Doakan yaa 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Medeking

Seri Rumah Kecil - Laura Ingalls Wilder

Coba Atur Blog