Ibuku



Aku sedang mikir-mikir kenapa aku 3x lebih sayang ke Bapakku walaupun seharusnya bakti ke Ibu itu lebih utama 3x dibanding bakti ke bapak. Tapi walau demikian, kupikir aku sudah cukup berbakti kepada Ibuku...(pembelaan diri niy...kan berbakti ga ada hubungannya dengan lebih sayang pada siapa....)

Dari beberapa list yang mampir di otakku, pada prinsipnya semua berpangkal pada cara masing-masing Bapak dan Ibu dalam memperlakukan aku. Bapak selalu memanusiakan aku. Maksudnya gini, dari semua tahapan umurku, Bapak tau kapan memperlakukan aku sebagai person, kapan sebagai anak, kapan sebagai teman diskusi, kapan memberi masukan, kapan meminta masukan. Yaaaah...hal-hal seperti itulah....jadi aku bisa merasa sebagai manusia utuh di depan Bapakku, bukan hanya sebagai anak.

Beda dengan Ibuku, beliau dari dulu selalu menganggap aku sebagai anak saja. Jadi tidak pernah ada pertanyaan, yang ada hanya perintah. Tidak ada diskusi, yang ada cuma curhat searah. Jika aku curhat sedikit saja maka hasilnya bisa didramatisir dan yang Ibu rasakan bisa lebih parah daripada yang kurasakan, ga bakal ada saran-saran membangun yang bisa mendinginkan situasi. Jadi akhirnya, aku tidak pernah berbagi rasa dengan Ibuku. dengan Ibuku, aku bisa menjadi pendengar yang baik yang cuma mendengarkan tanpa pernah bisa memberi masukan, sehingga lama-lama aku hanya bersikap pasif saja...mendengarkan. Karena jika aku urun rembuk sedikit saja, Ibu bisa salah mengerti dan berbalik marah padaku.

Kami semua, Bapak dan saudara-saudaraku yang lain, sudah paham bagaimana sikap Ibu jika sedang curhat atau menghadapi masalah apapun. Kami cukup diam mendengarkan, apapun yang diomongkan Ibu. Ga ada bantahan, ga ada kalimat apapun. Karena sedikit saja jawaban, maka nada bicara Ibu akan semakin meninggi dan akibatnya Ibu sendiri bisa tambah histeris, yang berefek pingsan. Yaaaah...begitulah Ibuku sepanjang ingatanku dari kecil dulu sampai sekarang. Efek dari semua itu adalah cara bicaraku yang tone-nya meninggi sehingga orang seringkali mengira aku sedang marah, jika aku kehilangan kontrol atas tone itu.

Ada lagi tentang Ibuku yang aku protes habis-habisan, tapi seperti biasanya..ga bakal didengerin Ibuku. Pertama dulu, Ibu mentato garis mata bawahnya seperti eyeliner... Wedew...bukannya tato ga boleh? Kedua, suntik silikon di hidung dan bibir bawahnya. Suntikan di hidung siy, ga terlalu kelihatan, tapi bibir bawahnya jadi dower ga imbang dan aneh. Batapapun aku dan adikku protes mengenai bahaya silikon, Ibu mati-matian nolak bahwa itu bibir asli Ibuku...(bibir asli darimana bisa sedower itu...). Dan yang terakhir kemarin adalah...hair extention...alamaaaak......aku benar-benar speechless ngeliat Ibuku yang super gaul ini.... Beliau ini berkerudung (karena sudah berhaji...), tapi kok ya sempet-sempetnya nyambung rambut dengan alasan biar rambutnya keliatan tebelan dikit. Toh, tertutup kerudung...

Untungnya untuk yang terakhir ini, akhirnya pas aku pulang nengok Bapak kemarin, Ibu mau mencopot semua rambut tambahannya ini... Pada akhirnya Beliau melakukan apa-apa yang ga dibolehin ama aturan agama... dan ga ada yang bisa aku lakukan lagi...

BTW, di foto atas itu, Ibuku agak menahan bibir bawahnya biar ga kelliatan dower...so jangan ketipu ama penampilan polos di atas.... tapi tato matanya keliatan kan?...

Eniwei, bagaimanapun Ibuku ini, tetap saja aku sedih ketika beliau harus dirawat berkali-kali karena diabetesnya itu kambuh lagi. Kambuh karena Ibu bilang, ga tahan makan nasi sedikit...lapar terus, ga tahan minum air putih biasa makanya suka banget beli ekstra joss, marimas, segar sari dan minuman-minuman manis lainnya. Sayang ada banyak makanan pas musim lebaran dan maulid nabi, daripada kebuang mending kan dihabisin sendiri...(padahal udah dianter ke saudara yang lain).

Aku juga menangis parah ketika melahirkan anakku yang kedua sambil menahan sakit kontraksi hasil induksi membayangkan betapa Ibuku juga kesakitan seperti itu ketika melahirkan aku (waktu itu ada masalah sangat besar yang menimpa Ibuku, yang ga bisa aku ceritakan disini). Setiap kali harus bangun malam untuk nyusui ataupun bikin susu, aku tau bahwa Ibu juga melakukan hal yang sama untukku.

Ketika anak ketigaku sakit-sakitan dan sering kambuh asmanya pas malam-malam, maka aku bisa membayangkan betapa panik dan helpless-nya Ibuku dulu ketika mengurus asmaku yang juga sering kambuh kala aku balita.

Maka walaupun pada akhirnya Ibuku tidak pernah memanusiakan aku seperti Bapakku..aku ga keberatan..karena aku memang anak beliau...selalu dan selamanya...

My Note:
Banyak yang bilang aku mirip banget dengan Ibuku sedang adikku yang paling kecil adalah fotokopi Bapakku

Komentar

  1. ih o cwiitt, mbak aku loh pengen banget posting tentang ibuku, tapi kok nggak bisa-bisa yah, huh....
    btw emang nggak salah klo surga ditelapak kaki ibu

    BalasHapus
  2. aku sayang mama drpd papa... tanya knp??

    kan byk yg bilang, klw anak cewe pst dktnya ke papa, trus anak cowo pst deketnya sama mama...

    ohya, salam kenal mbak...

    maen2 ke blog aku ya...

    BalasHapus
  3. hm.. kalau saya ga terlalu dekat sama mama sekarang sejak mama banyak berubah dan ga sama sekali bisa dimengerti ataupun mengerti anak anaknya...

    kalau sama papa... sama saja.. sejak poligami, kami ga bisa dekat lagi..

    rasanya ga papa mba... kadar sayang segimana juga... yang penting ingat mereka orang tua dan hormati apapun dan bagaimanapun itu.. ya ga sih? :D

    BalasHapus
  4. yang perlu diiingat adalah sorga di telapak kaki ibu bukan di kaki bapak. dan ingatlah akan perjuangan ibu antara hidup dan mati saya melahirkan. bercucuran darah dan keringat panas antara nafas satu dan dua.

    oia kenalan dengan blog baru ya *nyodorin tangan* kok diem ce salaman donk. ditunggu kunjungan balik dan komentarnya terutama dalam tulisan 'manjakan mata, telinga dan waktu anda ...'. awas lho kalao engga berkunjung tak jithak pakai tiang listrik wakakaka *kabuuurr *ngumpet

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Medeking

Seri Rumah Kecil - Laura Ingalls Wilder

Coba Atur Blog