Tuberkolosis Anak

Kemarin aku baca artikel kesehatan di Kompas halaman 14 untuk memperingati hari tuberkolosis sedunia. Artikel ini benar-benar menyemangatiku karena membahas tentang salah kaprahnya tuberkolosis pada anak.

Tahun 2008 lalu, Wisam, anak bungsuku, sempat didiagnosis kena flek paru-paru yang kata sebenarnya adalah tuberkolosis. Walau sempat panic, aku tidak serta merta menuruti diagnosis dokter, dengan mencari pendapat kedua di RS Harapan Kita. Dan setelah 2 kali tes mantoux dan berkali-kali kunjungan, ternyata batuk berulang yang diderita Wisam adalah karena asma. Jadi kami fokus menangani asmanya, dan hasilnya sekarang…dia bebas batuk pilek dan doyan makan….

Nah, artikel tadi menjelaskan salah kaprahnya flek paru-paru tadi. Kenyataannya, sangat sulit mendiagnosis TB pada anak tadi jika hanya dibandingkan gejala-gejalanya pada orang dewasa

Batuk
Gejala utama TB pada paru paru adalah batuk yang berlangsung lama (kronis) dan kadang bercampur darah karena ada pembuluh darah di paru-paru yang pecah. Gejala ini tampak nyata pada pasien dewasa sedangkan pasien anak infeksi TB justru jarang menyebabkan batuk. Batuk lama dan berulang pada anak justru lebih sering disebabkan oleh asma (ini terbukti pada Wisam)

Badan berkeringat
Pada orang dewasa, keringat berlebihan di malam hari pada saat tidur nyenyak biasanya disebabkan oleh peningkatan mekanisme basal tubuh. Infeksi TB pada dewasa menyebabkan mekanisme basal tadi meningkat. Jadi keringat berlebihan tadi bisa dianggap sebagai salah satu gejala TB pada dewasa. Namun, peningkatan mekanisme basal pada anak, lebih sering disebabkan karena dikeluarkannya dan berfungsinya hormone pertumbuhan pada malam hari. Itulah sebabnya anak sering berkeringat bahkan pada saat tidur di ruang AC. (wew…pantesan…anak-anakku semua ga pada doyan pake selimut..malah berkeringat sampai basah kuyup..walo AC udah kenceng….malah emak bapaknya yag bergelung dalam selimut)

Nafsu makan
Ini keluhan umum orang tua ketika nafsu makan anak yg tidak baik. Orangtua kawatir kurangnya nafsu makan ini karena flek paru-paru. Padahal banyak sekali penyebab nafsu makan anak menurun, misalnya variasi, rasa dan tampilan makanan, suasana rumah, hubungan antar anggota keluarga dan masalah sosial lainnya. Bisa juga karena penyakit saluran cerna, sariawan, sakit gigi, gangguan pencernaan atau bahkan cacingan. Jadi harus dilacak sebab-sebab yang itu dulu sebelum melacak TB. (ternyata sekarang setelah batuk pilek Wisam sudah beres, nafsu makan Wisam meningkat drastis, sedang untuk Javas...sulit makannya karena giginya yang ancur..tapi sekarang sudah mendingan kok...asal makannya disuapin dan disayang-sayang...heheheheh)

Demam Ringan Lama
Demam ringan (Semlenget) bisa disebabkan oleh infeksi di organ manapun. Bukan hanya karena flek paru-paru. Penyakit lain yang umum terjadi pada anak bisa menyebabkan demam misalnya:tifus, amandel, congek, sinusitis, ataupun infeksi saluran kencing (ISK). So, teliti dulu kemungkinan penyakit-penyakit itu sebelum berpikir tentang flek paru-paru. (kebanyakan sakit panas Wisam waktu itu ya karena batuknya, pernah karena gejala pneumonia----infeksi tenggorokan yg sudah nyampe paru-paru---pernah juga karena ISK)

Benjolan di leher
Pembesaran kelenjar limfa di leher sering disamakan sebagai tanda flek paru. Disebut membesar jika diameternya lebih dari 1 cm, sedang jika dibawah itu harus dianggap sebagai teraba, yang biasanya karena batuk pilek berulang atau alergi, dan sering disertai pembesaran amandel. Benjolan karena TB akan khas sekali yaitu teraba besar, bergerombol, tidak nyeri saat ditekan dan saling melekat. (kalau yang ini ga pernah kucek..)

Bukan hanya gejala-gejala itu saja yg mesti diliat ulang apa sebab sebenarnya sebelum memutuskan seorang anak kena TB atau bukan, tapi pemeriksaan penunjang harus dilaksanakan secara lengkap misalnya rontgen dada, uji tuberkolin atau mantoux, laju endap darah, limfositosi dan serologi. semakin lengkap tes, maka akan mengecilkan kemungkinan salah diagnosis. Pada anak-anak, gejala-gejala yang muncul yang dianggap sama dengan TB dewasa, hampir tidak khas karena dapat dipengaruhi oleh aspek nonmedis sehingga bisa menyebabkan salah interpretasi.

Jadi jika suatu ketika ada dokter anak yang memvonis anak Anda kena flek paru-paru, yakinkan dulu apakah tes penunjang sudah dilakukan dan carilah second opinion atau third ataupun fourth opinion sebelum benar-benar melakukan pengobatan yang kontinyu dan konsisten selama 6 bulan penuh itu.

Sungguh aku beruntung karena walaupun sempat panik, tapi aku ga serta merta menuruti dokter anak yg memvonis Wisam kena flek paru-paru...dan Wisam-pun baik-baik saja tanpa terpapar antibiotik 6 bulanan itu....

My note:
Artikel ini disadur dari Kompas, Rabu, 24 Maret 2010 halaman 14.

Komentar

  1. serem mbak, salah diagnosis gitu kayanya udah biasa banget di Indonesia ya? kadang nyari sampe 3rd opinion, eh tiga2nya beda, gimana coba tuh?? untung Wisam udah sembuh, untung ngga salah obat, alhamdulillah....

    BalasHapus
  2. thanks for sharing the information.. pinky blog. I like it

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Medeking

Seri Rumah Kecil - Laura Ingalls Wilder

Coba Atur Blog