Like Mother Like Children

DETYA

Detya : Susah untuk diajak belajar di rumah, tapi fokus di kelas (kata gurunya). Hal ini terbukti ketika ujian semua nilainya baik-baik saja. Kalau dia sama sekali ga fokus di kelas tentu nilainya tidak akan memuaskan, karena ketika kubaca, soal-soal ujiannya cukup rumit dan kalau ga punya daya ingat yang cukup pasti akan kelabakan apalagi malam sebelumnya ga pernah mengulang pelajaran.

Aku : Hehehehe..kuingat-ingat lagi, waktu SD - SMP, rasa-rasanya aku hanya belajar di rumah kalau pas ada PR saja. SMA agak mending karena kalau mau ulangan/ujian aku juga belajar, SKS-lah..(sistem kebut semalam). Jaman dulu kan guru itu mengajar kayak monolog saja, menerangkan pelajaran di depan sampai waktunya selesai. Misal aku ga ngerti, aku ga akan berani nanya...(kebanyakan di-sstttttt sama ibuku kalau pengen nanya segala hal). Untungnya aku bisa melewati semua masa sekolahku dengan baik-baik saja.

Jadi sampai saat ini aku ga tega untuk membuat Detya rutin belajar setiap malam, secara sudah seharian penuh beraktifitas baik di sekolah maupun di TPA. Mungkin nanti, ketika dia sudah punya tanggungjawab mengerjakan PR, baru akan mengkondisikan belajar setiap malam. Semoga nanti ketika saat itu tiba, rumah burung di Salemba itu sudah bisa digunakan.

JAVAS

Javas : Gurunya bilang, ketika di lingkaran Javas dan teman-teman muslimnya suka ribut sendiri. Javas seringkali ga menghadap ke gurunya ketika di lingkaran, dia sibuk dengan urusannya sendiri. Tapi, dia ternyata bisa menjawab umpan-umpan pertanyaan yang diberikan gurunya sesuai dengan materi yang sebelumnya diceritakan Guru. Ada beberapa temannya yang ketika sibuk sendiri sama sekali ga nyambung dengan pertanyaan yang diberikan gurunya. Tapi Javas tetep nyambung. Jadi Gurunya menyimpulkan bahwa walaupun kelihatannya Javas sibuk sendiri, tapi telinganya mendengarkan semua ucapan gurunya. Jadi ya itu tadi, masih nyambung dengan kegiatan di lingkaran.

Aku : Heheheh..yang dilakukan Javas itu kan bentuk lain dari multitasking. Sebagai Ibu, siapa sih yang ga melakukan multitasking di rumah. Jadi mungkin Javas kebiasaan melihatku melakukan segala sesuatu di rumah pada saat yang bersamaan, tapi tetap bisa melayani pertanyaan dan permintaan Javas.

Tetap saja, karena ga fokus seperti itu, susah untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Jadi kupikir, lain kali aku akan lebih fokus ke Javas saja tiap kali dia minta bantuan, agar diapun bisa fokus ketika belajar di MI nanti.

WISAM

Wisam : apa ya...belum ada yang spesifik dari Wisam yang sama denganku, dia itu anak ayah jadi hampir semua perilakunya mirip ayah misalnya demanding, penglihatannnya tajam. Dia bisa melihat seekor cacing di tengah rerumputan hanya sekali saja ayahnya menunjukkan dari jauh(padahal aku sendiri kelimpungan nyari si cacing itu, sampai akhirnya ditunjukin langsung oleh Wisam). Dia juga punya ingatan tajam atas orang-orang dan lokasi yang pernah di kenalnya. Bahkan cucu teman suamiku yang baru ketemu dalam satu malam di bulan Maret lalu saja, dia ingat baik namanya (aku udah lupa sama sekali).

Aku : karena ga bisa menemukan kesamaan perilaku....ini aja deh...dia itu anak ayah...sedangkan aku sendiri juga anak ayah....heheheh itu kesamaannya...

Demandingnya Wisam ini parah banget, apalagi karena kontrol motoriknya masih belum bagus, dia selalu memukul ketika keinginannya tidak terpenuhi. Aku tau kalau sebenarnya dia tidak bermaksud memukul, hanya karena belum bisa mengontrol gerakannya dengan bagus, jadinya seakan-akan memukul (aku jadi paham, kenapa ketika ada teman Javas yang katanya suka memukul, Gurunya selalu menekankan bahwa teman itu tidak bermaksud menyakiti...begitulah Wisam). jadi sekarang ini, kami sedang mengingatkan dan mencontohkan Wisam berulang-ulang agar bisa mengontrol gerakannya..

Jadi teman-teman......kalau anakmu melakukan sesuatu yang tidak biasa.....instropeksi dulu diri sendiri....jangan keburu menghakimi anak-anak itu...

Komentar

  1. Hahaha ...
    saya tersenyum membaca penjelasan ibu tentang Wisam ...

    Memang Wisam itu anak Ayah sekali ...
    hehehe

    BalasHapus
  2. wah, pencerahan yang bagus sekali pas baca tentang Wisam, mbak. Selama ini sbgai ortu kita lebih seneng langsung 'nuding' saat anak bersikap di luar kontrol. Aku akan berusaha utk lbh memanjangkan sabar dan lebih byk introspeksi...

    peluk ciumku buat tiga2nya ya mbak :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Medeking

Seri Rumah Kecil - Laura Ingalls Wilder

Coba Atur Blog