Catatan harian : Asertif

Sebelum aku kenal istilah asertif, sungguh bicaraku spontan banget. Apapun yang ingin kukomentari, akan aku komentari tanpa memilih kalimatku. Baru setelah kalimat-kalimat spontanku itu keluar, aku sadar bahwa mungkin saja lawan bicaraku jadi tersinggung dengan ucapanku.

Setelah training softskill competency beberapa waktu lalu, aku mulai belajar mengatur kalimatku sehingga sedapat mungkin lawan bicara merasa nyaman. Misalnya ketika niatnya akan mengkritik kesalahan, maka bagaimana kalimatku itu tidak sampai menyinggung tapi justru membangun. Dengan berpikir terlebih dahulu, sifat spontanku menjadi jauh berkurang. Ketika aku tetap tidak menemukan kalimat positif yang baik, maka lebih baik aku diam saja.

Nah, ketika aku ingin menyampaikan sesuatu ke suamiku aku juga berpikir terlebih dahulu karena dulu seringkali adu argumen hanya karena aku selalu bicara spontan. Kalau ke orang lain berusaha selalu asertif, kenapa sama suami tidak?

Akibatnya, jika aku tidak kunjung menemukan kalimat positif itu, maka aku jadi memendam perasaan. Seperti minggu lalu saat menghadapi macet yang akar utamanya karena suamiku terlalu detil mengurus anak-anak, aku tidak kunjung menemukan kalimat positif sehingga rasanya ingin banget ngomel. Sampai seminggu kemarin aku juga masih belum menemukan kalimat positif yang bisa membuat suamiku lebih bergegas ketika preparation pagi hari. Hasilnya dari 5 hari sekolah, 3 kali anak-anak jadi terlambat masuk sekolah.

Akhirnya yang bisa kulakukan adalah mengingatkan tentang betapa inginnya kami agar Detya dan Javas bisa disiplin ketika berangkat sekolah. Lah bagaimana kami bisa mendisiplinkan mereka kalau berangkat saja, kami selalu di luar batas waktu. Jadi aku harap suamiku bisa lebih bergegas lagi sehingga target utama agar anak-anak bisa memahami tepat waktu sekolah bisa tercapai.

Tentang asertif sendiri, aku sangat merasakan manfaatnya karena debat kusir yang ga perlu yang dulu sering muncul karena spontanitasku dalam berkomentar, sekarang semakin jarang kami lakukan.


UPDATE:
Senin,17 Januari 2011
Sudah berusaha bergegas, apalagi ada mertuaku di rumah, ternyata sampai sekolah anak-anak tetap telat 5 menit...sigh.....Jakarta emang macet!!

Komentar

  1. update-annya gak nahan mbak... :mbekapmuluttakutketawa:

    soal detil ngurus anak2, knpa gak dari malemnya aja mbak, dipersiapkan semua? jadi pagi tinggal mandi+sarapan+cabut. { maafin ya kalo aku asal jeplak, ga tau masalah sbnrnya. cuma saran :) }

    BalasHapus
  2. kalo preparation yg gitu...tetep harus malam hari. kalo engga, bisa makin telat tu..

    sarapan juga selalu di mobil..karena ga akan cukup waktu kalau sarapan di rumah.

    Intinya.....mau bangun aja ....take time..mau mandi..take time...mau pake baju...take time..... kalo ditotal jadinya telat :D

    BalasHapus
  3. hihihi. Ya aku aja yg anak baru 1 kalo mo pergi2 persiapan buat kalum 1 jam sendiri, aku mah asal gak bugil aja lah... hahahahaaa...
    gimana mbak Dewi yg anaknya udah 3, pantes lah preparationnya lebih lama :P

    BalasHapus
  4. hahaha....saingan hebohnya dong pagi kita...qiqiqi

    iya mbak...kita hrs mulai belajar 'asertif'

    btw..aku nembe denger kiy istilah iki, tq...

    BalasHapus
  5. Wah kalau yang satu ini ...
    memang tidak bisa dihindari ...
    persiapan memang perlu waktu ...

    namun demikian ...
    setelah anak-anak bisa mengurus dan mempersiapkan dirinya sendiri ... Insya ALLAH akan On Time kok

    So PR kita adalah ... bagaimana mengarahkan mereka untuk bisa mempersiapkan segala sesuatunya sendiri ... secara effektif dan effisien ...

    yup ... memang tidak mudah ... tetapi juga tidak mustahil ...

    salam saya

    BalasHapus
  6. berikut referensi tentang ber perilaku asertif :
    http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1240/1/10507299.pdf

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Medeking

Seri Rumah Kecil - Laura Ingalls Wilder

Coba Atur Blog