Kelanjutan Surat Anak Gadisku

Sabtu kemarin adalah pertemuan komite sekolah paling akhir untuk tahun ajaran ini. Tidak banyak yang kami bicarakan selain keterpaksaan untuk menaikkan uang bulanan (untuk tambahan kesejahteraan guru dan kenaikan katering) dan uang KBM (kegiatan belajar mengajar, termasuk kunjungan keluar sekolah dan kegiatan akhir tahun). Kenaikannya menurutku tidak terlalu signifikan, mengingat kondisi sekarang yang serba naik...jadi aku (kami semua) tidak mempermasalahkan keputusan yang sudah dipertimbangkan masak-masak. Kami juga membicarakan masalah penyakin mulut, tangan dan kaki yang akhir-akhir ini mewabah di sekolah anakku dan cukup membuat panik beberapa orang tua. Kesimpulannya, penyakit itu karena virus, sehingga berpengaruh pada anak yang imunitasnya sedang rendah, dan akan sembuh sendiri dalam 7 hari dengan catatan untuk selalu menjaga kondisi tubuh si anak.

Selesai acara komite itu, kami, orang tua murid TK B, melanjutkan diskusi sendiri untuk penentuan model buku kenangan dan biayanya. Melihat desain contoh buku kenangan itu, cukup membuatku senang, pertama karena desainnya personal banget artinya satu buku benar-benar mencerminkan kegiatan masing-masing anak selama di sekolah (tentu saja juga mencakup foto teman-temannya yang lain). Kedua, ketika bagian pesan dan kesan masing-masing anak yang ditulis tangan sendiri, tulisan anak gadisku paling bagus dan rapi, ejaannya sudah memadai, dan kalimatnya terarah....(wajar doooong...kalau emaknya ini jadi berbunga-bunga sendiri...).

Setelah selesai membahas buku kenangan dan tetek bengeknya, ada bu guru senior yang memintaku diskusi tentang aktivitas Detya sehari-hari. Lalu kami mulai diskusi dengan basa-basi tentang apa saja yang dilakukan Detya di rumah dan selanjutnya menyinggung masalah penggunaan komputer. Aku langsung saja teringat masalah surat cinta Detya yang diketik pakai komputer....dan memang bahasan utama selanjutnya adalah rasa suka yang sudah Detya alami waktu itu. Bu guru menanyakan apakah aku tau masalah ini, dan apakah Detya menulis dan ngeprint sendiri atau aku bantu. Tentu saja aku membantu ngeprint, bahkan kalimat terakhir tentang si N itu aku yang menuliskannya karena Detya merasa capek nyari huruf-huruf di keyboard.

Bu guru menyampaikan bahwa wajar anak umur 6 tahun mulai tertarik pada lawan jenis. Hal yang perlu diperhatikan adalah mengenai jenis ketertarikan, fisik atau sudah sampai di hati. Dari isi surat aja sudah keliatan bahwa Detya tertarik pada anak itu karena kulitnya yang putih, jadi rasa suka itu masih dalam tahap yang aman. Aku sendiri sudah berkali-kali berdiskusi dengan Detya, tentang apa yang membuat si FA ini beda dengan teman laki-lakinya yang lain sehingga membuat dia berkirim surat. Bagaimana jika FA tidak suka, apa yang akan dia lakukan..dan sebagainya. Kesimpulannya, Detya tidak mempermasalahkan apapun yang nanti terjadi, yang dia inginkan cuma agar FA tau apa yang dia inginkan. Jadi waktu itu aku tidak bisa membuat Detya membatalkan niatnya berkirim surat.

Selanjutnya Bu guru cerita bahwa Detya meletakkan surat itu di loker sepatu FA sehingga ketika pulang sekolah FA langsung menyampaikan kertas itu pada Bundanya.. FA sendiri sama sekali belum membaca surat itu (alamak, aku jadi tengsin sendiri, gitu ibunya FA kok diem-diem aja ga bahas masalah ini denganku? apa aku yang kurang gaul ama ibu-ibu lain ya?). Bunda FA langsung memberikan surat itu kepada Bu guru setelah membaca isinya. Biar Bu guru saja yang menyelesaikan masalah...

Dari diskusi dengan Bu guru itu, aku pun mulai membahas masalah bullying yang dialami anakku karena dalam surat itu juga ada kaitannya dengan si N, bahkan Detya menulis surat tersendiri buat si N. Pada intinya, Bu Guru akan mengambil langkah sendiri mengenai bullying itu, sedangkan mengenai ketertarikan Detya, kupikir ga ada arahan spesifik mengenai apa yang harus kulakukan, kecuali kewajiban orang tua untuk tau setiap tindakan anaknya. Jadi sampai sekarang yang kami lakukan adalah terus mengajak diskusi anak-anakku, sambil terus nyelipin pesan agar tidak membeda-bedakan teman.

Pada dasarnya, aku ga ingin anakku merasa ditolak dan mengakibatkan pedenya turun...dari sikap dia menanggapi bullying si N aja cukup membuatku kawatir karena dia memilih untuk diam saja daripada dijauhi teman-teman perempuannya..artinya dia tidak cukup pede untuk tetap mempertahankan pendapatnya... Untuk urusan FA ini rupanya aku tidak perlu terlalu kawatir atas rasa ditolak itu karena dari jawaban-jawaban Detya, aku tau dia hanya ingin diketahui saja...

Semoga memang seperti itu....(kyaaaa...baru saja ngurusi puber anak 6 tahun aja udah cukup puyeng...gimana kalau semakin besar nanti?....)


Komentar

  1. wadoh, mbak dew perhatian bgt ya... itulah beda anak-ortu jaman dulu dan skrg. jaman dulu mah kita mana mungkin berani terbuka ya soal naksir2an atau masalah sama teman... malah kl ketauan naksir aku bisa2 dipindah-sekolahkan.

    BalasHapus
  2. hehehehe emang belum saatnya kok mbak ketertarikan sama lawan jenis umur segitu, tapi kalo mengidentifikasi perbedaan jenis kelamin mungkin salah satunya ya dengan seakan2 suka2an itu...

    yang jadi masalah justru kayanya bullying nya ya mba... musti ati2 lho... karna perasaan secure atau insecure yang dimiliki anak di masa SD ini yang akan jadi tonggak ke masa2 perkembangan berikutnya... semoga bisa diatasi dengan baik ya ;)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Medeking

Seri Rumah Kecil - Laura Ingalls Wilder

Coba Atur Blog