Kepulangan Adikku

Rasanya ga bosan-bosan aku cerita tentang adikku ini. Dulu aku pernah cerita tentang betapa tergantungnya aku kepada adikku ini dan aku juga pernah cerita betapa bersyukurnya aku ketika adikku tetap cari pengalaman di Jakarta dengan menjadi shadow teacher untuk anak berkebutuhan khusus.

Nah kali ini aku mau cerita bahwa adik perempuanku ini, besok siang akan pulang kampung untuk selamanya. Ya...besok siang, setelah satu tahun menunda keputusannya karena masih ingin menambah pengalamannya, kali ini dia benar-benar akan pulang kampung.

Senin kemaren sebagian besar barang-barangnya sudah dikirim via paket. Termasuk sepeda kayuh yang dulu sering kami pakai bergantian untuk bike 2 work ciledug - lapangan banteng. Sedangkan buku-buku dan barang tidak mendesak lainnya juga dipaketin dalam 2 kardus besar seberat 30kg lebih. Tapi, tadi pagi dia masih mengeluh bagaimana harus packing untuk keberangkatan besok karena ternyata masih banyak barang yang belum terbungkus.

Adikku sudah merencanakan keberangkatannya pada tanggal 10 besok ini sejak jauh-jauh hari. Aku, tentu saja berusaha tidak terlalu memikirkan kepergian adikku ini, karena jika kupikirkan pasti aku akan merasa sediiiih sekali. Adikku ini bagiku adalah teman yang sangat menyenangkan, sahabat yang selalu tau bagaimana harus bersikap menanggapi seluruh keluh kesahku. Aku bisa berbicara tentang apa saja pada adikku ini. Rasanya adikku ini ya diriku sendiri. Artinya gini, mungkin karena terbawa 5 tahun hidup bersamaku, dia jadi tau bagaimana aku dan terbawa dengan nilai-nilai yang jadi acuan hidupku. Jadi ketika membicarakan sesuatu, kami selalu seide sehingga seakan-akan aku berdiskusi dengan diriku sendiri.

Aku bisa diskusi tentang novel-novel yang sama-sama kami baca...tentang perkembangan anak-anakku...tentang keinginan-keinginan suamiku yang harus dilaksanakan...tentang perasaan kami terhadap orang tuaku...tentang pekerjaan...tentang teman-teman...tentang segala hal. Bahkan aku sendiri ga pernah diskusi tentang novel dengan suamiku karena beliau bukan pembaca, dengan adikku ga ada yang ga bisa dibicarakan.

Ya, saat menuliskan ini aku merasa sedih sekali...dadaku terasa sesak menahan air mata (berhenti 5 menit untuk benar-benar menangis). Rasanya dari 5 tahun kebersamaan kami, hanya aku yang mendapat keuntungan maksimal..aku mendapat bantuan penuh mengurus anak-anakku...aku mendapatkan pendengar yang baik yang selalu mendengarkan keluh kesahku......rasanya aku lebih banyak berbicara padanya daripada mendengarkan dia...

Sampai saat ini aku tidak tau bagaimana kehidupan pribadinya..aku ga tau bagaimana tipe lelaki yang dia idamkan...aku ingin sekali mencarikan jodoh buatnya tapi aku juga kawatir jadi terlalu turut campur dalam urusan pribadinya. Sudah cukup lima taun ini aku merepotkannya...jangan sampai aku jadi pribadi yang selalu turut campur atas hidupnya.

Jadi adikku tersayang..jika kau lihat beberapa hari ini aku sepertinya menganggap biasa-biasa saja rencana kepergianmu itu....jangan merasa bahwa itu karena aku tidak memperdulikanmu...itu kulakukan agar aku tidak membebanimu dengan kesedihanku...

Cukup kau dengar dari ibu saja, keluh kesah beliau yang berat hati karena kamu meninggalkanku... aku tidak berkeluh kesah..aku mendukung semua rencanamu...

Gapailah cita-citamu....teruskan pendidikanmu...jangan pernah ragu, karena apapun yang terjadi aku akan mendukungmu 100%....

Love you always my little sister....




Komentar

  1. Sebuah ekspresi kecintaan seorang kakak kepada adiknya yang sangat menyentuh ...

    semoga sukses untuk adiknya Bu Dewi

    BalasHapus
  2. aku ngerti banget perasaanmu mbak. Terkadang, memang respon yang terlihat itu gak mencerminkan apa yang sesungguhnya kita rasain. Semoga adik mbak Dew gak salah sangka dan mengira mbak-nya cuek atau apa, tapi justru karena kakaknya ini sayang sekali & ga ingin menambah beban pikirannya :)

    BalasHapus
  3. Terkadang memang kita harus menyembunyikan rasa untuk tujuan yang lebih baik. Semoga adik mba dewi menjalani kehidupan yang lebih baik lagi...

    BalasHapus
  4. Melu sedih ki mbak...mewek aku...
    semoga, selalu ada hal yang lebih baik, buat mbak dan juga buat bu Jeje,yang jelas akan selalu kuingat..menemani tahun pertama kehidupan Syafa...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Medeking

Seri Rumah Kecil - Laura Ingalls Wilder

Coba Atur Blog