Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2008

Tegangan Tinggi

Rasa-rasanya aku harus lebih dalam lagi memikirkan permintaan suamiku untuk ngatur suara dan emosiku. Minggu lalu yang merupakan tekanan tinggi buatku adalah buktinya. Ada 3 hal yang kulakukan yang membuatku menyesal banget karena ketidakmampuanku menjaga emosi. Itu yang benar-benar kusadari bahwa aku memang sedang marah, belum lagi yang karena tekanan suaraku yang ga terkontrol (tentu saja ini ga tercatat olehku tapi terasakan oleh yang dengar kalimatku, artinya aku ga marah tapi orang lain bisa menganggap aku demikian). Heeehhhhh, what a week... Awal minggu sudah kujalani dengan tekanan tinggi, acara yang kusiapkan pukul 13.30 tidak bisa kudatangi tepat waktu karena peralatan yang tidak segera disiapkan, untungnya para undangan juga datang terlambat sehingga keterlambatanku tidak bermasalah. Hari selasa kucoba sepagi mungkin datang ke kantor dan ternyata file yang sudah kuminta untuk disiapkan dari minggu sebelumnya, masih belum ada sama sekali, jadi langsung aku kerjakan sendir

Hikmah Ikhlas

Ternyata pedoman: "Terima saja apa adanya, maku kamu akan bahagia" berlaku juga dalam bidang pekerjaan. Kalimat itu kan intinya ikhlas. Kalau kita ikhlas maka semuanya akan dimudahkan ya karena hati kita ga nggrengsengi (apa ya...rusuh kali ya indonesianya) maka melakukan semua hal jadi tenang. Apapun yang terjadi. Hal ini berlaku padaku selasa kemaren ketika aku ngerjain ekskul-ku. Pas aku sedang nyusun laporan dan surat undangan, orang dari instansi lain itu nelpon dan menuntut macem-macem. Biasanya aku akan merespon dengan entah berkelit, entah ngeyel..entah menolak (ekstrimnya) tapi siang itu aku pasrah saja. Kuputuskan sejak minggu lalu bahwa aku akan menerima ekskul ini sebagai bagian dari pekerjaanku sehingga aku ga gondok lagi. Aku pikir, ketika memutuskan untuk menerima suamiku apa adanya, hatiku merasa tenang maka kerjaan ini pasti akan begitu. Jadi aku hanya jawab iya-iya saja ketika orang itu nelpon. Agak lama dikit, aku minta teman sebelahku untuk menghu

Singapura...Here I Come...

Ditengah-tengah nego bulan Agustus kemarin ada tawaran training ke Singapura...langsung aja ngiler deh. Ngiler ama materinya dan terutama lokasinya. Tapi di surat permintaannya minta nominasinya dari institusi perencana jadi aku ga ikutan ngusulin diriku sendiri. Mereka minta 5 orang dan lima-limanya kuusulkan dari luar divisiku. Sampai akhirnya Bosku kembali dari cuti, beliau bilang seharusnya divisi kita juga ikut mengirimkan satu wakil karena materi itu penting juga buat kita semua. Langsung aja aku nyengir kayak kuda, tapi mo gimana lagi, usulan sudah masuk untuk 5 orang...ga ada tempat lagi kan. Kemudian Bosku pergi ke Manila, dan iseng2 kutanya ke yang minta nama, apa mungkin kami bisa ngirim satu nama lagi..dan jawabannya bikin semangat 45. "Dicoba aja, ntar kan ada review". Langsung deh besok paginya nanya ke Big Bos (berhubung Bosku ga ada), dan beliau sih OK-OK aja sepanjang Bosku mengijinkan. Terus gimana ya ngubungi Bosku, HP pasti pake nomor sana. OK, kuco

Puyeng Berat

Rasanya bingung ngatur waktu, kerjaan numpuk banget. Padahal aku punya dua staf dan dua-duanya sudah kumanfaatkan sebaik mungkin. Seperti biasa jika akhir tahun begini semua kerjaan terutama yang program numpuk puk, bikin aku puyeng. Sejak tahun 2006 aku sudah pegang program (waktu itu cuma satu) jadi setelah itu orang-orang pada puas dengan cara kerjaku dan akhirnya taun-taun berikutnya semua program di limpahkan ke mejaku. Tahun 2007 ada 3 program yang kuhandel (walo satu akhirnya pas nego aku ga ikutan karena ke Manila). Dan semuanya numpuk di akhir tahun. Tahun ini ada 3 program lagi dan proyeknya ada 2 (kemungkinan besar malah 3). Pertengahan Agustus kemarin sudah nego 1 proyek, one down four more to go . Belum lagi yang kerjaan rutin, yang entah mengapa dari pertengahan Agustus lalu sampai sekarang tumpah ruah bikin masalah semua. Aku selalu bekerja sebaik mungkin dan secepat mungkin sehingga jika stafku ga bisa mengimbangi kecepatanku ya langsung aja kuambil alih. Akibatn

Jawaban Atas Nikah Ulang

Semalem ngobrol lagi ama suami tentang kemungkinan nganyari nikah... dan ternyata ada dua jawaban kenapa beliau ga mau melakukan ijab kabul lagi. Ada jawaban becanda dan jawaban serius. Jawaban becandanya ya itu... bikin boros aja..masak mesti ngasih mas kawin lagi...yang pertama dulu kan udah..perkara akhirnya ilang ya ditanggung seniri duonk..!.. Jawaban serius ternyata emang bener...beliau belum ikhlas sama aku... hiks...hiks...belum bisa menerima aku apa adanya... Dan beliau ga mau kalau aku berlindung dibalik kata-kata bahwa inilah aku...ga ada lagi yang bisa diubah dari diriku ini..menurut beliau masih ada yang bisa diubah jika aku mau berusaha lebih keras lagi... Rasanya hatiku langsung sedih banget. Menurutku ini hanya masalah cara berbicaraku..cara aku bereaksi atas suatu kejadian dan ini sudah bawaan orok.. Jika aku nyadar maka aku bisa mengatur cara bicaraku sehingga orang lain tidak merasa bahwa aku seakan-akan marah. Weits..kayaknya perlu dijelaskan dulu deh.. Dari

Sekali lagi tentang Menara Salemba Batavia

Aduuh...ternyata itung-itungan pembayaran uang muka dan surcharge tidak sama dengan waktu yang diceritakan dulu...Betapa membingungkan...Pertama dibilang kalau biaya tambahan itu tergantung lokasi unit dan range-nya antara 38 - 45 juta, ternyata dipukul rata 43,2 juta. Dan nyicilnya juga beda.. Kemaarin dapat fax dari marketingnya dan hari ini dapat deadline tanggalnya...Hiks...Hiks...ternyata benar-benar ga mampu beli 2 unit...terpaksa hanya satu saja deh... Jadi DP dibayarkan 4 kali: (i) 5 juta Booking fee (BF) paling lambat tanggal 13 September (ii) 9 juta DP I sebulan setelah BF (iii) 9 juta DP II sebulan setelah DP I (iv) 5.8 juta DP III sebulan setelah DP II Sedangkan surcharge (SC) sebesar 43,2 juta dibayarkan 6 kali: (i) 10 juta SC I dibayar bersamaan dengan pembayaran BF paling lambat 25 September (ii) 8 juta SC II dibayar sebulan setelah SC I (iii) 7 juta SC III dibayar sebulan setelah SC II (iv) 7 juta SC IV dibayar sebulan setelah SC III (v) 7 juta SC V dibayar se

Nikah Ulang

OK..setelah aku bisa menerima suamiku apa adanya, maka aku ingin tahun ketujuh pernikahan kami nanti menjadi momentum bagi awal yang baru untuk masa depan pernikahan kami. Maksudku, jika 16 Februari 2002 itu pernikahan resmi kami yang menyatukan dua individu yang sebelumnya barely know each others maka aku ingin 16 Februari 2009 nanti merupakan awal untuk aku yang telah menerima suamiku apa adanya. Beda kaaan, antara dulu masih penuh idealisme tentang rumah tangga ideal dengan kenyataan sekarang bahwa ikhlas itu jauh lebih penting dibanding apa pun...Naah, aku sudah ikhlas (ga tau ya suamiku) maka aku ingin tahun depan kami menikah ulang. Kalau keluarga besarku bilang tuh... Nganyari Nikah ... Hal ini sudah kuutarakan kepada suamiku tapi dia ga pernah tau ada nikah ulang gitu jadi sementara ini jawabannya masih ga mau. Dia pikir untuk apa toh ga ada masalah serius di antara kami lalu kenapa harus menikah lagi.. Memang sih..ga ada yang parah banget sampai forbidden word itu keluar.

Terima Saja Apa Adanya...Maka Kamu Akan Bahagia...

Tahun depan adalah tahun ketujuh pernikahan kami. Kata orang tahun ketujuh itu tahun gatal-gatalnya...Seven Years Itchy. Pasti ini sudah jadi pengetahuan umum sampai ada istilah khusus seperti itu. Katanya tahun ketujuh itu tahun ego mulai sangat dominan sehingga kalau ada masalah sedikit aja bisa bikin pasangan memutuskan untuk berpisah. Naah, kalau aku sendiri tidak memandang tujuh tahun perkawinanku itu seperti istilah itu. Aku memandang justru di tahun ketujuh itulah seluruh egoku padam dan berganti menjadi kepasrahan dan penerimaan. FYI, aku hanya kenal 4 bulan dengan suamiku ketika pada bulan keempatnya kami menikah. Tentu saja 4 bulan itu ga ada artinya dalam hal pengenalan diri antara dua individu yang sebelumnya ga kenal sama sekali. Kami memutuskan menikah karena sama-sama berniat baik...lalu kenapa harus menunda lagi demi alasan klise "saling mengenal dahulu". Ntar aja deh pas nikah aja saling kenalnya. Maka tahun pertama pernikahan kami seperti orang yang

Pilihan Yang Buruk

Jumat kemarin Wisam panas tinggi lagi, padahal dari malam sebelumnya aku ga ikut pulang (ada kerjaan kantor yang perlu dibahas sampai malam). Malam itu aku lebih memilih ngerjain tugasku sebagai pekerja. Aku menyerahkan urusan anak-anak ke suamiku dan persiapan sahur ke adikku dan asistenku. OK....urusan kerja:urusan anak-anak = 1:0 Pagi itu langsung kuminta asistenku ke puskesmas untuk minta surat pengantar periksa darah, dan aku sendiri ngantar Javas cek ke Harapan Kita. Sepulang dari sana langsung ke rumah, maksudku jika ada pengantar periksa darah maka langsung ngantar Wisam ke Bakti Asih, tapi ternyata dokter puskesmas tidak bisa memberi surat pengantar dan menyarankan untuk langsung ke dokter yang menangani. Wisam masih panas tinggi dan aku bingung mesti ngapain. Semua barang-barangku masih di kantor karena rencanaku setelah meriksain Wisam aku balik lagi ke kantor untuk nerusin kerjaan yang perlu dibahas sampai malam. Mau ke Harapan Kita, dokter yang meriksa Wisam ga pra

Launching Menara Salemba Batavia

Tadi suamiku cerita bahwa marketing Century 21, Pak Yananto telah ngasih kabar launching Menara Salemba Batavia. Tepatnya akan di adakan hari Sabtu 13 September 2008 di Citraland. Semua pihak yang telah menyatakan memesan diharuskan hadir hari itu untuk undian nomor unitnya. Wiih...padahal dari waktu itu kami masih itung-itungan uang apakah cukup atau engga. Sampai sekarang belum ada keputusan. Kalau hanya satu sih kayaknya bisa..tapi kalau dua yaaaa...beraaaat banget. Padahal kan waktu itu sudah booking untuk 2 unit jadi sudah bayar dua juta. Kalau udah diundi nanti unitnya dapat yang mana maka mesti langsung bayar sisa kekurangan booking fee, masing-masing 4 juta. Jadi nanti pas tanggal 13 September harus bawa uang 8 juta dooong... Mana mau lebaran lagii....kan mesti pulkam dan sangunya ga tanggung-tanggung. Kemaren udah itung-itungan sangu lebaran yang mesti disiapin termasuk ongkos perbaikan mobil dan bayar pajak mobil udah bikin jantung kebat-kebit karena jelas jumlah yang

Hari Pertama Puasa, Kok Malah BT

Rupanya aku tidak bisa ikut mengawali bulan Ramadhan ini. Biasaaa....urusan perempuan. Tapi tetep, sebagai perempuan paling tua di rumah, maka aku yang kebagian menyiapkan sahur pertama (tentu saja dengan bantuan asisten ). Adikku bangun ketika makanan sudah hampir siap. Sepagian perasaanku baik-baik saja, hanya terasa mengantuk dan akhirnya tidur sepanjang perjalanan berangkat. Pukul 09.30 aku sudah janjian dengan adikku untuk ketemu langsung di RSAB Harapan Kita, periksa lanjutan untuk Wisam. Naaah keBTanku dimulai dari sini, ternyata dr. Edy Widodo yang minggu lalu meriksa Wisam, benar-benar dokter senior yang suka ngecilin pertanyaan pasiennya. Aku sudah berusaha ga peduli dengan cara dia menjawab dengan terus menerus bertanya apa yang ingin kuketahui. Dan payahnya dia pun terus menerus menjawab dengan sekenanya sehingga aku nyerah duluan. Aaaarghh...dokter senior emang begitu..dan kulihat titelnya udah Doktor..mungkin ahli di bidang paru dan pernapasan...makanya ga komuni

Prejudice

Aku selalu menghindari untuk menilai orang sebelum aku tahu benar bagaimana dia sebenarnya. Artinya apapun yang kudengar tentang seseorang, tidak akan mempengaruhi penilaianku sebelum aku benar-benar mengenalnya. Nah, beberapa waktu lalau aku dan teman temanku ngerumpi kanan kiri…segala hal diomongin sampai tiba omongan tentang rekan kerja masing-masing. Aku komplain tentang rekanku yang ga capable, dia pun juga begitu. Segitu aja omongannya bahwa ketidakmampuan orang-orang itu justru membuat kami bersemangat untuk mengkhayal tentang apa yang akan kami lakukan jika kami berada dalam posisi dia, yang jelas kami akan melakukan yang terbaik. Jika kita sudah berusaha sebaik mungkin melayani orang lain maka penghormatan akan datang sendiri. Sampai selesai kita ngerumpi, aku tetap membuka pikiran tentang orang yang dibicarakan temenku itu, karena toh aku tidak/belum kenal dia. Sampai minggu lalu aku harus melakukan pekerjaan bersama dia. Pertama kali berbicara aku hanya berhati-hati ta

Ikan Laut

Setelah kamis pagi kami rapat dengan orang-orang bappeda, kami lanjutkan perjalanan menuju Garut, hanya sekitar 1 jam 15 menit menuju kesana. Sepanjang perjalanan kembali lagi rekan-rekanku ngobrol ga tentu arah. Aku hanya diam berusaha ga ikut menimpali sampai kemudian ada yang ngobrolin tentang seorang pejabat yang terkenal agak-agak aneh. Kalau menurutku bukan aneh sih hanya beliau termasuk orang yang “sulit” . Menurut temanku itu, dia adalah pahlawan karena beliaulah yang menyekolahkan S1 dengan biaya hampir 90% adalah atas kebaikan sang pejabat. Karena temanku itu sekpri-nya maka sebagai imbalan adalah sekolah itu. Suatu ketika beliau dimutasi ke unit yang lain dan di unit itupun divisi beliau terkenal sebagai divisi yang sulit menghasilkan keputusan. Temanku bilang bahwa penyebab beliau dimutasi adalah bahwa beliau orang yang hanya percaya pada keberadaan Tuhan tapi tidak mempunyai agama. Wah…kok sejauh itu ya…akhirnya akupun ikut menimpali bahwa karena beliau “sulit” -lah

Munggahan ala Tasikmalaya

Rabu sampai Jumat kemarin , aku dinas ke Tasikmalaya dan Garut dengan tiga rekanku dari divisi yang lain. Kami naik bis umum menuju kesana dan di sepanjang perjalanan berangkat aku lebih memilih hanya diam dan membaca. Bukan apa-apa..aku malas ngobrol ga tentu arah dan malah-malah bisa jadi debat kusir yang ga ada kesimpulannya. Mending diem ataupun jika ngobrol ya ngobrolin buku yang sedang kubaca…EDENSOR..(Andrea Hirata..aku benar-benar jatuh cinta ama tulisanmu..) Sampai di Tasik pukul 4 sore kami langsung menuju hotel untuk segera istirahat. Berangkat dari kantor sekitar 10.30 maka perjalanan hampir 6 jam membuat badanku pegal semua. Pukul 19.30 kami dijemput oleh konsultan untuk makan malam bersama dengan pejabat Bappeda. Di Tasik ada tradisi “munggahan” yaitu makan bersama di rumah makan menjelang bulan puasa. Dan memang sampai besok siangnya, kulihat di semua rumah makan penuh dengan rombongan yang makan bersama, ada rombongan pegawai pemda yang perempuan semua (kelihatan